medcom.id, Jakarta: Tingginya kebutuhan ekonomi menjelang Ramadan dan Lebaran dinilai menjadi penyebab meningkatnya angka kriminalitas di Ibu Kota. Pemerintah diminta mengintervensi harga kebutuhan pokok dan memenuhi stok pangan menjelang Ramadan.
"Sebenarnya maraknya kriminalitas jelang Ramadan itu sederhana. Bukan bulan Ramadan yang jadi masalah, tapi tradisi Lebaran. Lebaran ini yang membuat orang berusaha memenuhi kebutuhan. Akhirnya memicu kejahatan," kata kriminolog Ferdinand T. Andi Lolo saat dihubungi <i>Metrotvnews.com</i>, Jumat (12/6/1015).
Ferdinand mencotohkan, kepala keluarga harus memenuhi kebutuhan keluarganya yang besar, tapi pekerjaannya tidak tetap. Akhirnya, ia mengambil jalan pintas dengan melakukan kejahatan situasional.
Selain itu, tradisi pulang kampung bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan. "Melihat orang mengumpulkan uang untuk pulang kampung juga memicu tindak kejahatan. Mereka tergiur untuk menjarah hasil jerih payah masyarakat," ujarnya.
Dosen Universitas Indonesia itu menyarankan masyarakat tidak terlalu menonjolkan sifat konsumtif saat Ramadan dan Lebaran. "Masyarakat harus hati-hati, jangan terlalu konsumtif, ini menimbulkan kecemburuan sosial dan memancing kejahatan," katanya.
Berdasarkan data Polda Metro Jaya, selama Mei 2015 terjadi 1.447 kasus kejahatan. Dengan rincian: pencurian dengan pemberatan 253 kasus, pencurian dengan kekerasan 19 kasus, perampasan 27 kasus, perampokan empat kasus, pembajakan satu kasus, pencurian kendaraan sepeda motor 154 kasus, mobil 56 kasus. Kemudian pembunuhan delapan kasus, penganiayaan berat 146 kasus, pemerasan 38 kasus, pemerkosaan enam kasus, dan narkotika 547 kasus.
medcom.id, Jakarta: Tingginya kebutuhan ekonomi menjelang Ramadan dan Lebaran dinilai menjadi penyebab meningkatnya angka kriminalitas di Ibu Kota. Pemerintah diminta mengintervensi harga kebutuhan pokok dan memenuhi stok pangan menjelang Ramadan.
"Sebenarnya maraknya kriminalitas jelang Ramadan itu sederhana. Bukan bulan Ramadan yang jadi masalah, tapi tradisi Lebaran. Lebaran ini yang membuat orang berusaha memenuhi kebutuhan. Akhirnya memicu kejahatan," kata kriminolog Ferdinand T. Andi Lolo saat dihubungi
Metrotvnews.com, Jumat (12/6/1015).
Ferdinand mencotohkan, kepala keluarga harus memenuhi kebutuhan keluarganya yang besar, tapi pekerjaannya tidak tetap. Akhirnya, ia mengambil jalan pintas dengan melakukan kejahatan situasional.
Selain itu, tradisi pulang kampung bisa dimanfaatkan pelaku kejahatan. "Melihat orang mengumpulkan uang untuk pulang kampung juga memicu tindak kejahatan. Mereka tergiur untuk menjarah hasil jerih payah masyarakat," ujarnya.
Dosen Universitas Indonesia itu menyarankan masyarakat tidak terlalu menonjolkan sifat konsumtif saat Ramadan dan Lebaran. "Masyarakat harus hati-hati, jangan terlalu konsumtif, ini menimbulkan kecemburuan sosial dan memancing kejahatan," katanya.
Berdasarkan data Polda Metro Jaya, selama Mei 2015 terjadi 1.447 kasus kejahatan. Dengan rincian: pencurian dengan pemberatan 253 kasus, pencurian dengan kekerasan 19 kasus, perampasan 27 kasus, perampokan empat kasus, pembajakan satu kasus, pencurian kendaraan sepeda motor 154 kasus, mobil 56 kasus. Kemudian pembunuhan delapan kasus, penganiayaan berat 146 kasus, pemerasan 38 kasus, pemerkosaan enam kasus, dan narkotika 547 kasus.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FZN)
