Regulasi Royalti Disarankan Berbasis Teknologi untuk Transparansi

Jakarta: Regulasi royalti lagu untuk musisi saat ini masih menjadi perdebatan di kalangan para musisi sendiri. Demi transparansi, regulasi royalti disarankan berbasis teknologi sehingga lebih mudah terlacak. "Perdebatan ini tidak akan selesai jika masih gunakan pola lama. Kenapa tidak manfaatkan teknologi? Gunakan aplikasi seperti youtube untuk tempat karaoke, di mana setiap diputar otomatis terhitung. Untuk konser atau di live di kafe, gunakan seperti kita memesan makanan di aplikasi gojek," kata pemerhati musik sekaligus Teddy Gusnaidi di Jakarta, Sabtu, 13 Agustus 2022. Menurut pria yang juga Wakil Ketua Umum Partai Garuda itu, penggunaan aplikasi dalam penggunaan lagu lebih mudah untuk transparansi. Sehingga setiap ada yang menggunakan lagu untuk bisnis, otomatis para pemilik lagu akan mendapatkan laporan detik itu juga. "Akan ketahuan berapa per hari lagu itu digunakan untuk bisnis. Sehingga masalah klasik ini bisa teratasi," kata Teddy.   Untuk pemantauannya, tentu kata Teddy harus dibuat regulasi khusus. Pengguna lagu untuk kepentingan bisnis jika tidak menggunakan aplikasi tersebut bisa dipidana dan denda yang besar. Tanpa ada regulasi, tentu ini tidak bisa berjalan. Kata Teddy, masyarakat juga bisa memantau apakah lagu yang mereka nyanyikan di karaoke atau saat mereka dengar live di kafe terdata atau tidak. Jika tidak, mereka melaporkan lewat tautan ke pemilik lagu. Begitupun pemilik lagu bisa memantau langsung.  "Selain masalah transparansi teratasi, juga menjadi database yang bisa digunakan oleh para musisi untuk menilai pasar, yang tentu outputnya bisa menjadi sesuatu yang positif," ujarnya.