medcom.id, Jakarta: Polisi harus melakukan evaluasi terhadap perilaku abuse of power dalam kasus penyanderaan pelajar SD Zyahriani Putri Agustin di Gresik oleh Fuad. Polisi akhirnya menembak mati penyandera.
“Yang pertama melakukan evaluasi, melakukan berbagai macam penyelidikan terhadap kasus-kasus tadi (penembakan penyandera anak), yang menyalahgunakan wewenang atau telah melampaui kewenangannya yang ada,” kata Kriminolog Erlangga Masdiana saat diskusi di Bincang Pagi Metro TV, Sabtu (20/12/2014).
Menurut Erlangga, saat mengambil keputusan eksekusi di lapangan, polisi perlu memiliki kemampuan ‘melihat ke dalam’ dan ‘melihat ke luar’. Terkait kasus penembakan ini, polisi perlu menggunakan kemamampuan melihat ke dalam bagaimana cara melakukan evaluasi internal atas tindakan yang dilakukan ke masyarakat.
“Bukan mentang-mentang polisi punya hak diskresi, bisa melakukan tindakan apa saja, itu termasuk dalam kasus penembakan ini,” imbuh Erlangga.
Perlu kajian mendalam untuk menentukan keabsahan penembakan tersebut. Apakah perilaku tersebut sudah sesuai prosedur ataukah tidak. Dalam hal ini, masyarakat juga jangan langsung menyalahkan polisi karena mungkin mereka berhadapan langsung dengan berbagai masalah di lapangan.
“Polisi akan selalu bersama dengan kepentingan masyarakat dan di sisi lain juga, ada pertentangan (dari masyarakat). Untuk koreksi, harus tetap ada evaluasi,” ujar Erlangga.
Erlangga menambahkan, dibutuhkan kemampuan polisi dalam melakukan eksekusi secara bijak di lapangan, yang didasarkan pada undang-undang. Menurut Erlangga, nantinya kasus-kasus abuse of power dari polisi terus menerus ada selama polisi berhadapan dengan masyarakat.
medcom.id, Jakarta: Polisi harus melakukan evaluasi terhadap perilaku
abuse of power dalam kasus penyanderaan pelajar SD Zyahriani Putri Agustin di Gresik oleh Fuad. Polisi akhirnya menembak mati penyandera.
“Yang pertama melakukan evaluasi, melakukan berbagai macam penyelidikan terhadap kasus-kasus tadi (penembakan penyandera anak), yang menyalahgunakan wewenang atau telah melampaui kewenangannya yang ada,” kata Kriminolog Erlangga Masdiana saat diskusi di
Bincang Pagi Metro TV, Sabtu (20/12/2014).
Menurut Erlangga, saat mengambil keputusan eksekusi di lapangan, polisi perlu memiliki kemampuan ‘melihat ke dalam’ dan ‘melihat ke luar’. Terkait kasus penembakan ini, polisi perlu menggunakan kemamampuan melihat ke dalam bagaimana cara melakukan evaluasi internal atas tindakan yang dilakukan ke masyarakat.
“Bukan mentang-mentang polisi punya hak diskresi, bisa melakukan tindakan apa saja, itu termasuk dalam kasus penembakan ini,” imbuh Erlangga.
Perlu kajian mendalam untuk menentukan keabsahan penembakan tersebut. Apakah perilaku tersebut sudah sesuai prosedur ataukah tidak. Dalam hal ini, masyarakat juga jangan langsung menyalahkan polisi karena mungkin mereka berhadapan langsung dengan berbagai masalah di lapangan.
“Polisi akan selalu bersama dengan kepentingan masyarakat dan di sisi lain juga, ada pertentangan (dari masyarakat). Untuk koreksi, harus tetap ada evaluasi,” ujar Erlangga.
Erlangga menambahkan, dibutuhkan kemampuan polisi dalam melakukan eksekusi secara bijak di lapangan, yang didasarkan pada undang-undang. Menurut Erlangga, nantinya kasus-kasus
abuse of power dari polisi terus menerus ada selama polisi berhadapan dengan masyarakat.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(OJE)
