medcom.id, Jakarta: Dua polisi "kaki tangan" Freddy Budiman, gembong narkoba yang sudah dieksekusi mati, dipecat tidak hormat. Pada 2011, keduanya ketahuan menjual barang bukti narkoba bernilai Rp140 juta kepada Freddy.
Dua polisi itu adalah Aipda Sugito dan Bripka Bahri. Sebelum dipecat, keduanya bertugas di Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.
Kabid Humas Polda Metro Kombes Awi Setiyono, Selasa (2/8/2016), mengatakan, keduanya ditangkap tak lama setelah bertransaksi dengan Freddy. Pada 2012, Sugito, Bahri, dan Freddy divonis sembilan tahun penjara.
"Jadi, Sugito dan Bahri sudah dipecat sejak 2012," kata Awi.
Belajar dari pengalaman itu, menurut Awi, Polda Metro membuat gudang penyitaan narkoba. Polda Metro juga membentu tim pengawasan.
Freddy Budiman sebelum dieksekusi mati.ANT/Idhad Zakaria
Freddy memang bukan pemain kacangan di bisnis narkoba. Sebelum dieksekusi mati di Nusakambangan, Jawa Tengah, pada Jumat (29/7/2016) dini hari, jaringan narkobanya bertemali ke mana-mana.
Bahkan, ketika mendekam di dalam penjara pun Freddy masih bisa mengontrol pasar narkoba di Tanah Air. Haris Azhar, aktivis KontraS, Freddy pernah bercerita kepadanya banyak orang Badan Narkotika Nasional, Polri, dan Bea Cukai yang menjadi kaki tangannya.
"Saya sudah berikan uang ke BNN Rp450 miliar, Rp 90 miliar ke pejabat tertentu di Mabes Polri. Saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang 2 di mana si jenderal duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh narkoba," kata Haris mengutip penuturan Freddy.
medcom.id, Jakarta: Dua polisi "kaki tangan" Freddy Budiman, gembong narkoba yang sudah dieksekusi mati, dipecat tidak hormat. Pada 2011, keduanya ketahuan menjual barang bukti narkoba bernilai Rp140 juta kepada Freddy.
Dua polisi itu adalah Aipda Sugito dan Bripka Bahri. Sebelum dipecat, keduanya bertugas di Direktorat Narkoba Polda Metro Jaya.
Kabid Humas Polda Metro Kombes Awi Setiyono, Selasa (2/8/2016), mengatakan, keduanya ditangkap tak lama setelah bertransaksi dengan Freddy. Pada 2012, Sugito, Bahri, dan Freddy divonis sembilan tahun penjara.
"Jadi, Sugito dan Bahri sudah dipecat sejak 2012," kata Awi.
Belajar dari pengalaman itu, menurut Awi, Polda Metro membuat gudang penyitaan narkoba. Polda Metro juga membentu tim pengawasan.
Freddy Budiman sebelum dieksekusi mati.ANT/Idhad Zakaria
Freddy memang bukan pemain kacangan di bisnis narkoba. Sebelum
dieksekusi mati di Nusakambangan, Jawa Tengah, pada Jumat (29/7/2016) dini hari, jaringan narkobanya bertemali ke mana-mana.
Bahkan, ketika mendekam di dalam penjara pun Freddy masih bisa mengontrol pasar narkoba di Tanah Air. Haris Azhar, aktivis KontraS,
Freddy pernah bercerita kepadanya banyak orang Badan Narkotika Nasional, Polri, dan Bea Cukai yang menjadi kaki tangannya.
"Saya sudah berikan uang ke BNN Rp450 miliar, Rp 90 miliar ke pejabat tertentu di Mabes Polri. Saya menggunakan fasilitas mobil TNI bintang 2 di mana si jenderal duduk di samping saya ketika saya menyetir mobil dari Medan sampai Jakarta dengan kondisi di bagian belakang penuh narkoba," kata Haris mengutip penuturan Freddy.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ICH)
