medcom.id, Jakarta: Anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Meutia Ganie Rochman memyambangi Gedung KPK. Kunjungan itu dalam rangka merampungkan risetnya soal organisasi KPK.
"Riset ilmiah, tentang organisasi KPK jadi enggak ada hubungannya dengan Pansel," kata Meutia di Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (30/6/2015).
Menurut dia, penelitiannya berusaha melihat upaya KPK mendorong reformasi kelembagaan di birokrasi dan lembaga pemerintah lain. "Organisasi di bidang integritas dan institusional," terang dia.
Dengan penelitian ini, dia berharap bisa melihat pendekatan KPK dalam membuat perubahan-perubahan institutional lembaga pemerintah. Sosiolog dari Universitas Indonesia ini menjelaskan, riset tersebut sudah dijalankan selama dua tahun.
"Jadi waktu sebelum saya jadi Pansel sudah dapat dana dari Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) untuk melakukan ini, ini tahun kedua," jelas Ahli sosiologi korupsi ini.
Meutia memaparkan, kendati penelitiannya tak berhubungan dengan pansel, hasilnya bisa digunakan untuk wawancara peserta seleksi. Riset ini, kata dia, bisa jadi bahan pertanyaan terhadap mereka.
"Seberapa jauh calon itu bisa memahami kondisi KPK untuk memperkuat KPK," jelas dia. "Dia bisa memahami persoalan KPK, kekuatan, dan kelemahannya KPK. Kalau ada semua organisasi punya kelemahan kan dan kekuatan juga."
Riset, kata dia, juga bisa menjadi bahan masukan Pansel. Mereka nantinya bisa kondisi KPK secara lebih lengkap dengan dukungan pendapat akademia yang bisa dipertanggungjawabkan.
medcom.id, Jakarta: Anggota Panitia Seleksi Calon Pimpinan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Meutia Ganie Rochman memyambangi Gedung KPK. Kunjungan itu dalam rangka merampungkan risetnya soal organisasi KPK.
"Riset ilmiah, tentang organisasi KPK jadi enggak ada hubungannya dengan Pansel," kata Meutia di Gedung KPK, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Selasa (30/6/2015).
Menurut dia, penelitiannya berusaha melihat upaya KPK mendorong reformasi kelembagaan di birokrasi dan lembaga pemerintah lain. "Organisasi di bidang integritas dan institusional," terang dia.
Dengan penelitian ini, dia berharap bisa melihat pendekatan KPK dalam membuat perubahan-perubahan institutional lembaga pemerintah. Sosiolog dari Universitas Indonesia ini menjelaskan, riset tersebut sudah dijalankan selama dua tahun.
"Jadi waktu sebelum saya jadi Pansel sudah dapat dana dari Dikti (Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi) untuk melakukan ini, ini tahun kedua," jelas Ahli sosiologi korupsi ini.
Meutia memaparkan, kendati penelitiannya tak berhubungan dengan pansel, hasilnya bisa digunakan untuk wawancara peserta seleksi. Riset ini, kata dia, bisa jadi bahan pertanyaan terhadap mereka.
"Seberapa jauh calon itu bisa memahami kondisi KPK untuk memperkuat KPK," jelas dia. "Dia bisa memahami persoalan KPK, kekuatan, dan kelemahannya KPK. Kalau ada semua organisasi punya kelemahan kan dan kekuatan juga."
Riset, kata dia, juga bisa menjadi bahan masukan Pansel. Mereka nantinya bisa kondisi KPK secara lebih lengkap dengan dukungan pendapat akademia yang bisa dipertanggungjawabkan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(KRI)
