Kapolri Punya Tiga Tantangan Ancaman Radikalisme

Jakarta: Kapolri Jenderal Idham Azis dinilai akan menghadapi tiga ancaman radikalisme dalam lima tahun ke depan. Ancaman pertama terkait keamanan. Pengamat terorisme Ridwan Habib mengatakan ancaman keamanan datang dari kelompok teroris dengan jaringan yang kecil. Namun, mereka sangat militan. "Mereka disebut fraksi-fraksi pro-ISIS di Indonesia. Ada JAD, MIT, MIB, seterusnya," kata Ridwan dalam sebuah diskusi di Kawasan Kuningan, Jakarta Selatan, Senin, 4 November 2019.  Detasemen Khusus 88 Antiteror juga sudah menangkap berbagai jaringan teroris di Indonesia. Jaringan ini beberapa narapidana yang berada di balik jeruji besi. "Mereka merekrut napi yang bukan dari kasus napi teror. Ada napi pembunuhan, perkosaan perampokan, lalu mereka diimingi dengan penobatan," terang Ridwan.  Ridwan mencontohkan kasus bom Thamrin pada 2016. Para teroris itu merupakan mantan napi kasus pencurian yang berbaiat pada ISIS.  Kedua, ancaman sosial budaya. Ridwan menilai Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) sebagai kelompok yang paling pintar memanipulasi publik lewat dakwah di media sosial. Dakwah bahkan kerap disamarkan dengan kajian perkantoran dan rumah tangga. "Jadi ancaman sosial budaya, kelompok HTI ini masih eksis mereka menyusup kemana-mana," ucap Ridwan.  Ancaman terakhir yakni pada politik. Kelompok radikal ingin menyuarakan kembali sila pertama Piagam Jakarta dengan tambahan 'Kewajiban menjalankan syariat Islam bagi pemeluknya'. Mereka juga memprovokasi masyarakat seolah NKRI anti-Islam. "Kita sungguh berharap Kapolri baru Jenderal Idham Azis yang memahami karakteristik gerakan terorisme dengan sangat baik, bisa memperkecil jaringan kelompok tersebut selama lima tahun ke depan," kata dia.