Jakarta: Kasus ujaran kebencian dan berita bohong atau hoaks kian marak menjelang perhelatan pilkada serentak. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap 18 orang sepanjang 2018.
"Jumlah itu hanya khusus di Direktorat Siber Bareskrim Polri," kata Kasubdit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Irwan Anwar di Bareskrim Polri, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu 21 Februari 2018.
Irwan mengatakan, ada banyak isu yang disebarkan para pelaku ujaran kebencian dan berita bohong melalui media sosial ini. Mulai dari penculikan ulama, guru ngaji, juga muazin. Ada juga kasus ujaran penghinaan tokoh agama, penghinaan terhadap penguasa atau badan hukum, juga sentimen suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
18 tersangka itu, kata Irwan, terdiri dari 15 kasus. Lima kasus di antaranya merupakan berita bohong terkait ulama, yang menjerat enam tersangka.
Kemudian, ada tiga kasus ujaran kebencian dan berita bohong terkait Presiden Joko Widodo, tiga tersangka yang ditangkap. Selanjutnya, empat kasus berita bohong tentang anggota dewan dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri, total empat tersangka dicokok.
Berikutnya, sebanyak tiga kasus ujaran kebencian dan berita bohong kepada kelompok tertentu. Pada kasus ini, lima orang tersangka ditangkap.
Dari 18 tersangka yang ditahan, delapan di antaranya berasal dari Jawa Barat. Lima lainnya dari Jakarta, sisanya berasal dari Banten, Bandung, Lampung, dan dua tersangka dari Sumatera Utara.
"Direktorat siber tidak menemukan adanya hubungan dari para tersangka, namun biasanya mereka menyebarkan berita bohong itu ke Facebook dari grup WhatsApp tertutup mereka," bebernya.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat Undang-undang IInformasidan Transaksi Elektrpnik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 dengan ancaman penjara tiga tahun.
Jakarta: Kasus ujaran kebencian dan berita bohong atau hoaks kian marak menjelang perhelatan pilkada serentak. Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri menangkap 18 orang sepanjang 2018.
"Jumlah itu hanya khusus di Direktorat Siber Bareskrim Polri," kata Kasubdit I Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri Kombes Irwan Anwar di Bareskrim Polri, Cideng, Jakarta Pusat, Rabu 21 Februari 2018.
Irwan mengatakan, ada banyak isu yang disebarkan para pelaku ujaran kebencian dan berita bohong melalui media sosial ini. Mulai dari penculikan ulama, guru ngaji, juga muazin. Ada juga kasus ujaran penghinaan tokoh agama, penghinaan terhadap penguasa atau badan hukum, juga sentimen suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA).
18 tersangka itu, kata Irwan, terdiri dari 15 kasus. Lima kasus di antaranya merupakan berita bohong terkait ulama, yang menjerat enam tersangka.
Kemudian, ada tiga kasus ujaran kebencian dan berita bohong terkait Presiden Joko Widodo, tiga tersangka yang ditangkap. Selanjutnya, empat kasus berita bohong tentang anggota dewan dan Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarno Putri, total empat tersangka dicokok.
Berikutnya, sebanyak tiga kasus ujaran kebencian dan berita bohong kepada kelompok tertentu. Pada kasus ini, lima orang tersangka ditangkap.
Dari 18 tersangka yang ditahan, delapan di antaranya berasal dari Jawa Barat. Lima lainnya dari Jakarta, sisanya berasal dari Banten, Bandung, Lampung, dan dua tersangka dari Sumatera Utara.
"Direktorat siber tidak menemukan adanya hubungan dari para tersangka, namun biasanya mereka menyebarkan berita bohong itu ke Facebook dari grup WhatsApp tertutup mereka," bebernya.
Atas perbuatannya, para tersangka dijerat Undang-undang IInformasidan Transaksi Elektrpnik (UU ITE) Nomor 11 Tahun 2008 dengan ancaman penjara tiga tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(DRI)
