medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo menerima Panitia Seleksi Calon Komisioner Komisi Yudisial di Istana Merdeka, Kamis (3/9/2015). Pansel melaporkan nama calon komisioner yang sudah lolos seleksi.
Pertemuan dimulai sekitar pukul 12.00 WIB. Molor setengah jam dari jadwal semula sekitar pukul 11.30 WIB. Setelah pertemuan selama 20 menit, Presiden dan pansel menggelar konferensi pers.
"Siang ini kami sampaikan hasil seleksi selama empat bulan ini. Mulai dari administrasi, kompetensi, profile assesment, dan penelurusan rekam jejak dilakukan koalisi masyarakat sipil dan pegawai Kemenkumham yang sudah terlatih melakukan tracking. Dan terakhir test kesehatan pada awal Agustus yang dilanjutkan dengan wawancara," ujar Ketua Pansel KY, Harkristuti Harkrisnowo, di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (3/9/2015).
Tuti, sapaan Harkristuti menjelaskan, pansel memerhatikan unsur penting terutama soal integritas, kompetensi, independensi, leadership, dan pengalaman atau kinerja. Tak hanya itu, kata dia, unsur komunikasi jadi pertimbangan lain.
"Kemampuan komunikasi terutama dengan mitra kerja adalah salah satu unsur yang sangat penting buat KY. Karena mereka tak berhak memutus tapi berkomunikasi untuk mengusulkan satu hukuman misalnya kepada MA," sebut Tuti.
Selepas mendengar pertimbangan yang disampaikan Pansel, Jokowi pun segera mengumumkan tujuh nama tersebut. Tujuh nama berasal dari empat unsur.
"Hari ini telah saya terima nama calon anggota KY 2015-2020. Yang dinyatakan lolos sampai tahap anggota," kata Jokowi.
Nama tersebut, kata Presiden, segera diserahkan ke DPR untuk diproses. "Ini segera disampaikan kepada DPR secepatnya," tegas dia.
Berikut nama tujuh calon Komisioner KY:
1. Dr. Joko Samito, SH, MH (mewakili mantan hakim)
2. Drs. Maradaman Harahap, SH, MH, mantan hakim)
3. Dr. Farid Wajdi, SH, MH, (praktisi hukum)
4. Dr. Sumartoyo, SH, MH, (praktsi hukum)
5. Wiwiek Awiati, SH, (akademisi)
6. Dr. Haryono, SH, M.CL (akademisi)
7. Sukma Violeta SH, LL.M (masyarakat)
medcom.id, Jakarta: Presiden Joko Widodo menerima Panitia Seleksi Calon Komisioner Komisi Yudisial di Istana Merdeka, Kamis (3/9/2015). Pansel melaporkan nama calon komisioner yang sudah lolos seleksi.
Pertemuan dimulai sekitar pukul 12.00 WIB. Molor setengah jam dari jadwal semula sekitar pukul 11.30 WIB. Setelah pertemuan selama 20 menit, Presiden dan pansel menggelar konferensi pers.
"Siang ini kami sampaikan hasil seleksi selama empat bulan ini. Mulai dari administrasi, kompetensi, profile assesment, dan penelurusan rekam jejak dilakukan koalisi masyarakat sipil dan pegawai Kemenkumham yang sudah terlatih melakukan tracking. Dan terakhir test kesehatan pada awal Agustus yang dilanjutkan dengan wawancara," ujar Ketua Pansel KY, Harkristuti Harkrisnowo, di Istana Merdeka, Kompleks Istana Kepresidenan, Jalan Veteran, Jakarta Pusat, Kamis (3/9/2015).
Tuti, sapaan Harkristuti menjelaskan, pansel memerhatikan unsur penting terutama soal integritas, kompetensi, independensi, leadership, dan pengalaman atau kinerja. Tak hanya itu, kata dia, unsur komunikasi jadi pertimbangan lain.
"Kemampuan komunikasi terutama dengan mitra kerja adalah salah satu unsur yang sangat penting buat KY. Karena mereka tak berhak memutus tapi berkomunikasi untuk mengusulkan satu hukuman misalnya kepada MA," sebut Tuti.
Selepas mendengar pertimbangan yang disampaikan Pansel, Jokowi pun segera mengumumkan tujuh nama tersebut. Tujuh nama berasal dari empat unsur.
"Hari ini telah saya terima nama calon anggota KY 2015-2020. Yang dinyatakan lolos sampai tahap anggota," kata Jokowi.
Nama tersebut, kata Presiden, segera diserahkan ke DPR untuk diproses. "Ini segera disampaikan kepada DPR secepatnya," tegas dia.
Berikut nama tujuh calon Komisioner KY:
1. Dr. Joko Samito, SH, MH (mewakili mantan hakim)
2. Drs. Maradaman Harahap, SH, MH, mantan hakim)
3. Dr. Farid Wajdi, SH, MH, (praktisi hukum)
4. Dr. Sumartoyo, SH, MH, (praktsi hukum)
5. Wiwiek Awiati, SH, (akademisi)
6. Dr. Haryono, SH, M.CL (akademisi)
7. Sukma Violeta SH, LL.M (masyarakat)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MBM)
