medcom.id, Jakarta: Kuasa hukum terdakwa kasus korupsi Bank Century Budi Mulya, Luhut Pangaribuan menegaskan kliennya hanya memiliki peran kecil dalam kasus tersebut. Budi hanya menghadiri Rapat Deputi Gubernur BI bersama Boediono, Miranda Goeltom, Siti Fadjrijah, Budi Rochadi, Muliaman Hadad, Hartadi Agus Sarwono dan Ardhayadi Mitroadmodjo terkait pengajuan permohonan FPJP oleh Robert Tantular.
"Jadi, yang pasti bahwa Budi Mulya hanya satu skrup kecil dalam pengambilan keputusan. Dalam arti dia bagian dari Rapat Deputi Gubernur dan itu kebijakan institusi," katanya saat ditemui seusai persidangan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (6/3).
Dalam dakwaan, mantan Deputi Gubernur BI bidang Pengelolaan Moneter dan Devisa tersebut disebut menerima satu lembar Bilyet Giro PT Bank Century Tbk dengan nilai nominal sebesar Rp1 miliar dari Robert Tantular. Uang tersebut diduga untuk menutupi banyaknya penyimpangan serta permasalahan yang dialami oleh PT Bank Century.
Namun, menurut Luhut, masalah uang Rp 1 miliar tersebut hanya dihubung-hubungkan oleh jaksa terkait kasus Bank Century. Menurutnya, uang itu tidak berhubungan dengan kasus Century melainkan urusan personal di antara keduanya.
"Jadi, antara Budi Mulya dan Robert Tantular memang saling kenal, mungkin sama-sama komunitas perbankan. Jadi, waktu itu ada keperluan yang ada urusannya yang bersifat pribadi dan kemudian dia meminjam, dan sudah dikembalikan," tuturnya.
Luhut menampik tudingan uang Rp 1 miliar dalam bentuk Bilyet Giro yang diterima Budi untuk meloloskan FPJP Bank Century. "Bukan begitu, yang namanya komunitas perbankan itu kan dekat, saling kenal. Coba bandingkan, Rp 1 M dengan Rp6,7 triliun, itu dari segi kausalitas enggak balance," ujarnya.
medcom.id, Jakarta: Kuasa hukum terdakwa kasus korupsi Bank Century Budi Mulya, Luhut Pangaribuan menegaskan kliennya hanya memiliki peran kecil dalam kasus tersebut. Budi hanya menghadiri Rapat Deputi Gubernur BI bersama Boediono, Miranda Goeltom, Siti Fadjrijah, Budi Rochadi, Muliaman Hadad, Hartadi Agus Sarwono dan Ardhayadi Mitroadmodjo terkait pengajuan permohonan FPJP oleh Robert Tantular.
"Jadi, yang pasti bahwa Budi Mulya hanya satu skrup kecil dalam pengambilan keputusan. Dalam arti dia bagian dari Rapat Deputi Gubernur dan itu kebijakan institusi," katanya saat ditemui seusai persidangan di Pengadilan Tipikor, Jakarta, Kamis (6/3).
Dalam dakwaan, mantan Deputi Gubernur BI bidang Pengelolaan Moneter dan Devisa tersebut disebut menerima satu lembar Bilyet Giro PT Bank Century Tbk dengan nilai nominal sebesar Rp1 miliar dari Robert Tantular. Uang tersebut diduga untuk menutupi banyaknya penyimpangan serta permasalahan yang dialami oleh PT Bank Century.
Namun, menurut Luhut, masalah uang Rp 1 miliar tersebut hanya dihubung-hubungkan oleh jaksa terkait kasus Bank Century. Menurutnya, uang itu tidak berhubungan dengan kasus Century melainkan urusan personal di antara keduanya.
"Jadi, antara Budi Mulya dan Robert Tantular memang saling kenal, mungkin sama-sama komunitas perbankan. Jadi, waktu itu ada keperluan yang ada urusannya yang bersifat pribadi dan kemudian dia meminjam, dan sudah dikembalikan," tuturnya.
Luhut menampik tudingan uang Rp 1 miliar dalam bentuk Bilyet Giro yang diterima Budi untuk meloloskan FPJP Bank Century. "Bukan begitu, yang namanya komunitas perbankan itu kan dekat, saling kenal. Coba bandingkan, Rp 1 M dengan Rp6,7 triliun, itu dari segi kausalitas enggak balance," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(JCO)
