medcom.id, Jakarta. Komisaris PT Bursa Berjangka Jakarta Yasit Kanca Surya, mengaku perusahaannya memberikan Rp 7 milar pada Syahrul Raja Sempurnajaya terkait pengurusan perusahaan baru. Hal ini diungkapkan Yasit saat bersaksi buat terdakwa Sayhrul di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.
Diceritakan Yasit, saat itu PT BBJ menginginkan pembukaan perusahaan kliring sendiri bernama PT Indo Kliring. Guna pengurusan, pihaknya mendatangi Syahrul selaku mantan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Rupanya belakangan diketahui, Syahrul meminta sejumlah uang.
"Pada rapat tanggal 27 Juni 2012 ada penyampaian dari pak Bihar (mantan Direktur Operasional PT. BBJ Muhammad Bihar Sakti Wibowo), pak Syahrul melalui Alfon (mantan Kepala Biro hukum Bappebti Alfons Samosir) meminta untuk memiliki saham di perusahaan tersebut," ungkap Yasit di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (24/5/2014).
Permintaan Syahrul kata Yasit memiliki 10 persen dari Rp 100 miliar modal yang ditempatkan di sana. Usai permintaan itu, dibahas dalam rapat bersama direksi dan komisaris pada tanggal 17 Juli 2012, namun permintaan itu di tolak oleh pemegang saham.
Selanjutnya, tanggal 27 Juli 2012 dibahas kembali permintaan dari Syahrul. Di situlah muncul keputusan memberi uang pada Syahrul Rp 7 miliar.
"Jadi pada hari tersebut. Hasan (komisaris PT.BBJ Hasan Widjaja) menemui Syahrul, selesai ketemu di hari yang sama ada rapat, saya datang terlambat tapi dikasih tau Hasan, pak Roy Samble (Direktur keuangan PT.BBJ Roy Sembel) merumuskan angka Rp 7 miliar. Jadi enggak saham, tapi pemberian uang aja," tandas dia.
Meski mengaku setelahnya Yasit tidak mengetahui lagi terkait PT Indo Kliring, namun dari Hasan dia mengetahui telah terjadi pemberian dana pada tanggal 2 Agustus 2012.
medcom.id, Jakarta. Komisaris PT Bursa Berjangka Jakarta Yasit Kanca Surya, mengaku perusahaannya memberikan Rp 7 milar pada Syahrul Raja Sempurnajaya terkait pengurusan perusahaan baru. Hal ini diungkapkan Yasit saat bersaksi buat terdakwa Sayhrul di Pengadilan Tindak Pidana Korupsi, Jakarta.
Diceritakan Yasit, saat itu PT BBJ menginginkan pembukaan perusahaan kliring sendiri bernama PT Indo Kliring. Guna pengurusan, pihaknya mendatangi Syahrul selaku mantan Kepala Badan Pengawas Perdagangan Berjangka Komoditi (BAPPEBTI). Rupanya belakangan diketahui, Syahrul meminta sejumlah uang.
"Pada rapat tanggal 27 Juni 2012 ada penyampaian dari pak Bihar (mantan Direktur Operasional PT. BBJ Muhammad Bihar Sakti Wibowo), pak Syahrul melalui Alfon (mantan Kepala Biro hukum Bappebti Alfons Samosir) meminta untuk memiliki saham di perusahaan tersebut," ungkap Yasit di Pengadilan Tipikor, Jl HR Rasuna Said, Jakarta, Rabu (24/5/2014).
Permintaan Syahrul kata Yasit memiliki 10 persen dari Rp 100 miliar modal yang ditempatkan di sana. Usai permintaan itu, dibahas dalam rapat bersama direksi dan komisaris pada tanggal 17 Juli 2012, namun permintaan itu di tolak oleh pemegang saham.
Selanjutnya, tanggal 27 Juli 2012 dibahas kembali permintaan dari Syahrul. Di situlah muncul keputusan memberi uang pada Syahrul Rp 7 miliar.
"Jadi pada hari tersebut. Hasan (komisaris PT.BBJ Hasan Widjaja) menemui Syahrul, selesai ketemu di hari yang sama ada rapat, saya datang terlambat tapi dikasih tau Hasan, pak Roy Samble (Direktur keuangan PT.BBJ Roy Sembel) merumuskan angka Rp 7 miliar. Jadi enggak saham, tapi pemberian uang aja," tandas dia.
Meski mengaku setelahnya Yasit tidak mengetahui lagi terkait PT Indo Kliring, namun dari Hasan dia mengetahui telah terjadi pemberian dana pada tanggal 2 Agustus 2012.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LHE)
