medcom.id, Jakarta: Komjen Budi Gunawan menjelaskan bahwa rekening yang dimiliki olehnya berasal dari bisnis keluarga. Ia mengatakan sumber kekayaan yang selama ini tidak berasal dari tindak pidana korupsi.
Lantas apa bisnis Keluarga Komjen Budi Gunawan?.
Saat ditanya wartawan, Jenderal bintang tiga ini enggan menjelaskan secara rinci soal bisnis yang ditekuni oleh keluarganya. Dia hanya mengatakan bahwa bisnis yang dijalani adalah bisnis yang legal.
"Ada beberapa kegiatan usaha yang legal ada yang bisa dipertanggung jawabkan semuanya resmi," kata Komjen Budi Gunawan, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (14/1/2015).
Dia mengatakan semua transaksi yang berada di rekeningnya, dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. "Kalau berbicara tentang transaksi didalam rekening itu, seluruhnya sudah dipertanggungjawabkan sudah kami jelaskan tadi ada bisnis keluarga yang memang legal," imbuhnya.
Sebelumnya Komjen Budi Gunawan menjelaskan sumber kekayaan yang selama ini diduga hasil tindak pidana korupsi. Dia mengakui dirinya pernah masuk daftar jenderal berekening gendut. Padahal, menurut Budi, transaksi yang dicurigai merupakan bisnis keluarga di mana ada pihak ketiga selaku kreditur. Ia pun menunjukkan bukti perjanjian dengan Pacific Blue Internasional.
"Transaksi itu dianggap mencurigakan. Berdasarkan mekanisme KPK yang disampaikan ke Bareskrim, sudah ditindaklanjuti Bareskrim. Hasil penyelidikan Bareskrim telah dikirim ke PPATK 18 Juni 2010, disimpulkan sebagai transaksi wajar, tidak melanggar hukum dan tidak terdapat kerugian negara. Transaksi keuangan legal dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum," kata Budi.
Kesimpulan hasil pemeriksaan itu pun menyebut uang yang ada di rekening Budi sebagai transaksi wajar. Budi juga menayangkan surat kesimpulan tersebut di monitor Komisi III.
Jumlah kekayaan Budi Gunawan dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara pada Juli 2013 sebesar Rp22,6 miliar. Angka itu naik lima kali lipat jika dibandingkan harta kekayaan Budi pada 2008 yang hanya Rp4,468 miliar.
medcom.id, Jakarta: Komjen Budi Gunawan menjelaskan bahwa rekening yang dimiliki olehnya berasal dari bisnis keluarga. Ia mengatakan sumber kekayaan yang selama ini tidak berasal dari tindak pidana korupsi.
Lantas apa bisnis Keluarga Komjen Budi Gunawan?.
Saat ditanya wartawan, Jenderal bintang tiga ini enggan menjelaskan secara rinci soal bisnis yang ditekuni oleh keluarganya. Dia hanya mengatakan bahwa bisnis yang dijalani adalah bisnis yang legal.
"Ada beberapa kegiatan usaha yang legal ada yang bisa dipertanggung jawabkan semuanya resmi," kata Komjen Budi Gunawan, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Rabu (14/1/2015).
Dia mengatakan semua transaksi yang berada di rekeningnya, dapat dipertanggungjawabkan secara hukum. "Kalau berbicara tentang transaksi didalam rekening itu, seluruhnya sudah dipertanggungjawabkan sudah kami jelaskan tadi ada bisnis keluarga yang memang legal," imbuhnya.
Sebelumnya Komjen Budi Gunawan menjelaskan sumber kekayaan yang selama ini diduga hasil tindak pidana korupsi. Dia mengakui dirinya pernah masuk daftar jenderal berekening gendut. Padahal, menurut Budi, transaksi yang dicurigai merupakan bisnis keluarga di mana ada pihak ketiga selaku kreditur. Ia pun menunjukkan bukti perjanjian dengan Pacific Blue Internasional.
"Transaksi itu dianggap mencurigakan. Berdasarkan mekanisme KPK yang disampaikan ke Bareskrim, sudah ditindaklanjuti Bareskrim. Hasil penyelidikan Bareskrim telah dikirim ke PPATK 18 Juni 2010, disimpulkan sebagai transaksi wajar, tidak melanggar hukum dan tidak terdapat kerugian negara. Transaksi keuangan legal dan dapat dipertanggungjawabkan secara hukum," kata Budi.
Kesimpulan hasil pemeriksaan itu pun menyebut uang yang ada di rekening Budi sebagai transaksi wajar. Budi juga menayangkan surat kesimpulan tersebut di monitor Komisi III.
Jumlah kekayaan Budi Gunawan dalam Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara pada Juli 2013 sebesar Rp22,6 miliar. Angka itu naik lima kali lipat jika dibandingkan harta kekayaan Budi pada 2008 yang hanya Rp4,468 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(YDH)
