medcom.id, Tegal: Para nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah mengeluh dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Mereka merugi sebab kenaikan harga solar tidak diikuti dengan kenaikan harga ikan.
"Naiknya harga solar menjadi Rp6.900 per liter mulai terasa bagi kami nelayan di kawasan Pantura, Tegal. Dalam sepekan ini tangkapan ikan sedikit jadi makin membebani kami karena harga BBM mahal. Lebih parah lagi harga tangkapan ikan sulit dinaikkan. Kami makin merugi," kata seorang nelayan, Mualim (43), di Kelurahan Muarareja, Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (4/4/2015).
Mualim dan para nelayan di Kota Tegal melaut menggunakan perahu tradisional berbahan bakar solar. Sekali melaut mereka harus mengeluarkan biaya solar Rp120 ribu. Sementara, hasil tangkapan laut berupa ikan teri dan udang rebon yang sedikit hanya mampu dijual seharga Rp150 ribu.
"Dari hasil penjualan sebesar Rp150 ribu, kami harus mengeluarkan biaya bekal dan lain-lain sebesar Rp70 ribu ditambah pengeluaran solar sebesar Rp120 ribu. Dengan demikian, setiap hari melaut kami merugi Rp40 ribu," ujar Mualim.
Hal serupa juga dikeluhkan Imam Arifin (39), nelayan Tegalsari, Kota Tegal. Sehari melaut ia dan dua rekannya hanya bisa menangkap lima keranjang udang rebon. Kondisi ini diperparah dengan turunnya harga udang rebon. Sebelumnya harga udang rebon Rp120 ribu per keranjang, namun setelah kenaikan harga BBM malah turun menjadi Rp95 ribu per keranjang.
"Sejak BBM naik, harga udang rebon jusru turun Rp25 ribu per basket. Sehingga dalam sepekan terakhir ini kami makin merugi dan sulit bertahan," kata Imam.
Imam dan nelayan lainnya berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka. Para nelayan mendesak pemerintah menstabilkan harga BBM dan harga hasil tangkapan laut agar tak merugi.
medcom.id, Tegal: Para nelayan di Kota Tegal, Jawa Tengah mengeluh dengan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis solar. Mereka merugi sebab kenaikan harga solar tidak diikuti dengan kenaikan harga ikan.
"Naiknya harga solar menjadi Rp6.900 per liter mulai terasa bagi kami nelayan di kawasan Pantura, Tegal. Dalam sepekan ini tangkapan ikan sedikit jadi makin membebani kami karena harga BBM mahal. Lebih parah lagi harga tangkapan ikan sulit dinaikkan. Kami makin merugi," kata seorang nelayan, Mualim (43), di Kelurahan Muarareja, Tegal Barat, Kota Tegal, Jawa Tengah, Sabtu (4/4/2015).
Mualim dan para nelayan di Kota Tegal melaut menggunakan perahu tradisional berbahan bakar solar. Sekali melaut mereka harus mengeluarkan biaya solar Rp120 ribu. Sementara, hasil tangkapan laut berupa ikan teri dan udang rebon yang sedikit hanya mampu dijual seharga Rp150 ribu.
"Dari hasil penjualan sebesar Rp150 ribu, kami harus mengeluarkan biaya bekal dan lain-lain sebesar Rp70 ribu ditambah pengeluaran solar sebesar Rp120 ribu. Dengan demikian, setiap hari melaut kami merugi Rp40 ribu," ujar Mualim.
Hal serupa juga dikeluhkan Imam Arifin (39), nelayan Tegalsari, Kota Tegal. Sehari melaut ia dan dua rekannya hanya bisa menangkap lima keranjang udang rebon. Kondisi ini diperparah dengan turunnya harga udang rebon. Sebelumnya harga udang rebon Rp120 ribu per keranjang, namun setelah kenaikan harga BBM malah turun menjadi Rp95 ribu per keranjang.
"Sejak BBM naik, harga udang rebon jusru turun Rp25 ribu per basket. Sehingga dalam sepekan terakhir ini kami makin merugi dan sulit bertahan," kata Imam.
Imam dan nelayan lainnya berharap pemerintah memperhatikan nasib mereka. Para nelayan mendesak pemerintah menstabilkan harga BBM dan harga hasil tangkapan laut agar tak merugi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(TTD)
