Lebak: Masyarakat yang tinggal di pengungsian bencana tanah bergerak di Desa Cihuni, Kecamatan Cikulur, Lebak, Banten, mulai terserang penyakit. Beberapa di antaranya mengalami sesak nafas dan demam.
"Serangan penyakit itu di antaranya ISPA, demam, pilek, pegal, hipertensi, rematik, maag dan gatal-gatal," kata seorang pengungsi warga Cihuni, Ipaah, Kamis, 3 Maret 2022.
Ipaah mengatakan sebagian masyarakat yang terserang penyakit sudah melakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas setempat. Namun, hingga saat ini para pengungsi yang sakit belum kembali sehat.
"Petugas medis juga membuka tenda posko, namun tidak melayani selama 24 jam," ujar Ipah.
Warga lainnya, Murti, mengaku mengalami rematik dan sulit berjalan. Hal ini disebabkan pengungsian yang kurang nyaman dan dingin.
Masyarakat sudah satu pekan tinggal di tenda pengungsian. Murti dan warga lainnya masih takut kembali ke rumah karena rumah mereta retak.
Baca: Ruas Jalan Sampay-Cikulur Lebak Banten Ambles
"Kami sendiri tidak berani menghuni rumah milik, karena rusak parah dan khawatir roboh akibat bergerak tanah, " kata Murti.
Dirinya bersama warga yang tinggal di tenda pengungsian ingin secepatnya direlokasi ke tempat yang lebih aman, nyaman, dan sehat. Apabila terlalu lama tinggal di tenda pengungsian tentu mudah terserang penyakit.
"Kami kini tinggal di pengungsian sering sakit- sakitan," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Curugpanjang, Kabupaten Lebak, Yadi, mengatakan ada 37 rumah rumah, 48 kepala keluarga ( KK), dan 173 jiwa terdampak pergerakan tanah. Masyarakat sudah mengosongkan rumah mereka karena kondisinya rusak berat akibat tanah bergerak.
Lebak: Masyarakat yang tinggal di pengungsian bencana
tanah bergerak di Desa Cihuni, Kecamatan Cikulur, Lebak,
Banten, mulai terserang penyakit. Beberapa di antaranya mengalami sesak nafas dan demam.
"Serangan penyakit itu di antaranya ISPA, demam, pilek, pegal, hipertensi, rematik, maag dan
gatal-gatal," kata seorang pengungsi warga Cihuni, Ipaah, Kamis, 3 Maret 2022.
Ipaah mengatakan sebagian masyarakat yang terserang penyakit sudah melakukan pemeriksaan kesehatan di puskesmas setempat. Namun, hingga saat ini para pengungsi yang sakit belum kembali sehat.
"Petugas medis juga membuka tenda posko, namun tidak melayani selama 24 jam," ujar Ipah.
Warga lainnya, Murti, mengaku mengalami rematik dan sulit berjalan. Hal ini disebabkan pengungsian yang kurang nyaman dan dingin.
Masyarakat sudah satu pekan tinggal di tenda pengungsian. Murti dan warga lainnya masih takut kembali ke rumah karena rumah mereta retak.
Baca:
Ruas Jalan Sampay-Cikulur Lebak Banten Ambles
"Kami sendiri tidak berani menghuni rumah milik, karena rusak parah dan khawatir roboh akibat bergerak tanah, " kata Murti.
Dirinya bersama warga yang tinggal di tenda pengungsian ingin secepatnya direlokasi ke tempat yang lebih aman, nyaman, dan sehat. Apabila terlalu lama tinggal di tenda pengungsian tentu mudah terserang penyakit.
"Kami kini tinggal di pengungsian sering sakit- sakitan," katanya.
Sementara itu, Kepala Desa Curugpanjang, Kabupaten Lebak, Yadi, mengatakan ada 37 rumah rumah, 48 kepala keluarga ( KK), dan 173 jiwa terdampak pergerakan tanah. Masyarakat sudah mengosongkan rumah mereka karena kondisinya rusak berat akibat tanah bergerak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NUR)
