Wajah Aceh Dulu & Sekarang

medcom.id, Banda Aceh: Bencana gempa dan tsunami yang menerjang Provinsi Aceh dan sekitarnya membawa hikmah. Dilihat dari sisi pembangunan, Aceh sekarang dinilai lebih baik bila dibandingkan sebelum tsunami terjadi pada 26 Desember 2004. Ari, salah seorang warga Banda Aceh mengaku merinding bila mengingat gempa bumi berkekuatan 9,2 skala richter (SR) dan gelombang tsunami. Korban jiwa berjatuhan, bangunan kokoh di Serambi Mekkah rata dengan tanah. Namun, Ari patut bersyukur jika melihat Aceh saat ini. "Dahulu Banda Aceh kota yang jauh tertinggal dari kota lain, terutama dari tetangganya, Medan," kata Ari kepada Metrotvnews.com di Banda Aceh, Selasa 23 Desember malam. Ari yang bekerja sebagai sopir taksi dan petani menjelaskan, jalan raya yang menghubungkan sejumlah titik di Banda Aceh dan sekitarnya tampak mulus dan lebih lebar. Jalan lebar nan mulus tersebut, merupakan bantuan dari sejumlah pihak. "Sekarang jauh lebih baik," ungkap dia. Lampu penerangan jalan, kata dia, sengaja tak dihidupkan agar pasokan listrik di rumah warga tak terganggu. Menurut dia, daya listrik di Aceh masih terbilang minim. Ekonomi juga semakin tumbuh. Banyak pedagang yang datang ke Aceh seperti tampak di sekitar Masjid Raya Baiturrahman. Namun, sayangnya, lanjut Ari, harga kebutuhan pokok di Aceh masih terlalu tinggi. "Biasanya, kami belanja di Medan, kalau di sini mahal," ujarnya dengan logat Aceh yang kental. Pelancong dari Malaysia kini memilih Aceh sebagai tujuan wisata. Sebagian besar hotel di Aceh dihuni turis asal Negeri Jiran. "Di sini banyak orang Malaysia, biasa mereka pergi main-main dan pulang ke hotel sore harinya," ucap salah seorang karyawan hotel di Jalan Cut Meutia, Banda Aceh. Pagi ini, Rabu (24/12/2014), udara di Banda Aceh terasa sejuk pascadiguyur hujan. Warga sudah kembali beraktivitas meski matahari belum sepenuhnya menampakkan diri.