medcom.id, Bandar Lampung: Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar yang belakangan menjadi sorotan, ternyata tumbuh subur di Lampung Tengah, tempat dr Rica Tri Handayani berdomisili. Gafatar adalah satu dari 44 gerakan yang terus dipantau Polda Lampung.
Keberadaan kelompok ini di Lampung dibenarkan Kapolres Lampung Tengah AKBP Dono Sembodo, Saat dihubungi, Selasa, 12 Januari. Dono mengatakan Gafatar hidup dan berkembang sekitar tahun 2014.
"Namun, organisasi ini kemudian disadarkan oleh kelompok masyarakat agama dan aparat, sehingga mereka kembali ke ke Islam yang benar. Pada 2014 organisasi ini sempat mendeklarasikan diri untuk bubar," kata Dono.
Dijelaskan Dono, kelompok ini menyebarkan aliran kasih sayang tanpa kekerasan. Ini sesuai dengan kajian yang dilakukan banyak pihak. "Kelompok ini menganut prinsip kasih sayang dan antikekerasan. Jika ada kelompok radikal, Gafatar ini adalah antitesisnya," ujar dia.
Dikatakan Dono, pengikut Gafatar ingin mengambil jalan pintas lantaran di organisasi itu, mereka tidak perlu menjalankan sejumlah peribadatan. "Mereka itu muslim, tetapi tidak perlu salat dan tidak perlu puasa, yang penting kasih sayang," kata Anton.
Dijelaskan Dono, pihaknya terus melakukan pengamatan di beberapa tempat, khususnya di Kampung Pubian Padang Ratu. "Petugas juga sempat bertandang ke sana. Belum kita temukan aktivitas yang mencurikan terkait Gafatar. Terakhir, seluruh keluarga Rica sudah tidak berada di tempat. Semuanya ke Yogyakarta," kata Dono.
Selain Gafatar, Kapolda Lampung Brigren Ike Edwin mengatakan ada 44 gerakan militan yang dibungkus ajaran agama di Lampung. "Kami mohon dukungan masyarakat untuk mengidentifikasinya," kata dia.
medcom.id, Bandar Lampung: Gerakan Fajar Nusantara atau Gafatar yang belakangan menjadi sorotan, ternyata tumbuh subur di Lampung Tengah, tempat dr Rica Tri Handayani berdomisili. Gafatar adalah satu dari 44 gerakan yang terus dipantau Polda Lampung.
Keberadaan kelompok ini di Lampung dibenarkan Kapolres Lampung Tengah AKBP Dono Sembodo, Saat dihubungi, Selasa, 12 Januari. Dono mengatakan Gafatar hidup dan berkembang sekitar tahun 2014.
"Namun, organisasi ini kemudian disadarkan oleh kelompok masyarakat agama dan aparat, sehingga mereka kembali ke ke Islam yang benar. Pada 2014 organisasi ini sempat mendeklarasikan diri untuk bubar," kata Dono.
Dijelaskan Dono, kelompok ini menyebarkan aliran kasih sayang tanpa kekerasan. Ini sesuai dengan kajian yang dilakukan banyak pihak. "Kelompok ini menganut prinsip kasih sayang dan antikekerasan. Jika ada kelompok radikal, Gafatar ini adalah antitesisnya," ujar dia.
Dikatakan Dono, pengikut Gafatar ingin mengambil jalan pintas lantaran di organisasi itu, mereka tidak perlu menjalankan sejumlah peribadatan. "Mereka itu muslim, tetapi tidak perlu salat dan tidak perlu puasa, yang penting kasih sayang," kata Anton.
Dijelaskan Dono, pihaknya terus melakukan pengamatan di beberapa tempat, khususnya di Kampung Pubian Padang Ratu. "Petugas juga sempat bertandang ke sana. Belum kita temukan aktivitas yang mencurikan terkait Gafatar. Terakhir, seluruh keluarga Rica sudah tidak berada di tempat. Semuanya ke Yogyakarta," kata Dono.
Selain Gafatar, Kapolda Lampung Brigren Ike Edwin mengatakan ada 44 gerakan militan yang dibungkus ajaran agama di Lampung. "Kami mohon dukungan masyarakat untuk mengidentifikasinya," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(UWA)
