medcom.id, Wonosari: Sejumlah nelayan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengeluhkan dampak penetapan harga baru bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sejak pemerintah menaikkan harga BBM, mereka mengaku biaya operasional kian membengkak.
Agung, seorang nelayan di Pantai Sadeng, mengatakan kehidupan ia dan teman-temannya kian terpuruk. Biaya operasional melaut melonjak. Hasil tangkapan tetap sehingga pendapatan menurun.
"Padahal BBM merupakan kebutuhan utama para nelayan untuk mencari ikan," katanya, Selasa ( 7/4/2015).
Dia mengungkapkan, saat ini harga ikan tangkapan dari nelayan untuk jenis campuran hanya sebesar Rp8 ribu perkilogram. Sementara harga ikan kembung Rp12 ribu, tuna besar Rp15 ribu, dan cucut Rp10 ribu per Kg. Jika harga ikan tidak segera dinaikkan, maka para nelayan akan semakin merasakan dampak yang lebih luas lagi.
Keluhan yang sama juga disampaikan Suparman. Nelayan Pantai Ngrenehan itu mengaku mengalami lonjakan biaya operasional. Sebelumnya, ia mengeluarkan biaya Rp150 ribu untuk sekali melaut. Tapi setelah harga BBM naik, biaya operasional pun bertambah menjadi Rp250 ribu.
Suparman mengaku para nelayan semakin sulit. Ditambah lagi, hasil tangkapan para nelayan menurun dalam beberapa pekan terakhir karena memasuki musim paceklik ikan. Dalam sekali melaut, hanya bisa mendapatkan tangkapan sekitar 5-10 kilogram saja.
"Sekarang sepi, kadang malah rugi karena harga BBM naik sementara harga ikan tetap," kata Suparman.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Agus Priyanto, mengaku belum ada rencana dari pemerintah untuk memberikan kompensasi kenaikan BBM bagi para nelayan. Pihaknya belum mendapatkan perintah dari kemetrian untuk memberikan kompensasi bagi para nelayan.
"Belum ada di dalam rencana, untuk memberikan bantuan bagi nelayan," ujarnya.
medcom.id, Wonosari: Sejumlah nelayan di Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta, mengeluhkan dampak penetapan harga baru bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi. Sejak pemerintah menaikkan harga BBM, mereka mengaku biaya operasional kian membengkak.
Agung, seorang nelayan di Pantai Sadeng, mengatakan kehidupan ia dan teman-temannya kian terpuruk. Biaya operasional melaut melonjak. Hasil tangkapan tetap sehingga pendapatan menurun.
"Padahal BBM merupakan kebutuhan utama para nelayan untuk mencari ikan," katanya, Selasa ( 7/4/2015).
Dia mengungkapkan, saat ini harga ikan tangkapan dari nelayan untuk jenis campuran hanya sebesar Rp8 ribu perkilogram. Sementara harga ikan kembung Rp12 ribu, tuna besar Rp15 ribu, dan cucut Rp10 ribu per Kg. Jika harga ikan tidak segera dinaikkan, maka para nelayan akan semakin merasakan dampak yang lebih luas lagi.
Keluhan yang sama juga disampaikan Suparman. Nelayan Pantai Ngrenehan itu mengaku mengalami lonjakan biaya operasional. Sebelumnya, ia mengeluarkan biaya Rp150 ribu untuk sekali melaut. Tapi setelah harga BBM naik, biaya operasional pun bertambah menjadi Rp250 ribu.
Suparman mengaku para nelayan semakin sulit. Ditambah lagi, hasil tangkapan para nelayan menurun dalam beberapa pekan terakhir karena memasuki musim paceklik ikan. Dalam sekali melaut, hanya bisa mendapatkan tangkapan sekitar 5-10 kilogram saja.
"Sekarang sepi, kadang malah rugi karena harga BBM naik sementara harga ikan tetap," kata Suparman.
Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Gunungkidul, Agus Priyanto, mengaku belum ada rencana dari pemerintah untuk memberikan kompensasi kenaikan BBM bagi para nelayan. Pihaknya belum mendapatkan perintah dari kemetrian untuk memberikan kompensasi bagi para nelayan.
"Belum ada di dalam rencana, untuk memberikan bantuan bagi nelayan," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(RRN)
