Solo: Asap dari kebakaran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, mulai mengganggu aktivitas masyarakat. Sejumlah warga bahkan mengeluhkan sesak napas dan mata pedih.
"Kalau asapnya ke sini paling tidak matanya pedih dan napasnya sesak," ujar Heriyanto, 45, salah seorang warga Kampung Jatirejo RT 03 RW 39, Mojosongo, Jebres, Solo, Selasa, 8 Oktober 2019.
Menurut Heri, kondisi tersebut dirasakan warga Jatirejo selama dua bulan. Namun, masyarakat berupaya bertahan.
"Kalau yang punya anak balit mengungsi ke rumah saudara. Lainnya ya tidak punya pilihan, harus bertahan di sini," katanya.
Tak hanya di Solo, asap juga mengarah ke utara, yakni ke Desa Plesungan, Karanganyar. Warga di desa tersebut juga banyak yang terpaksa mengungsi saat malam hari. Sekitar dua ribu jiwa terdampak asap itu.
"Asap datang biasanya pukul 16.00 WIB. Yang punya anak kecil mengungsi. Kalau enggak biasanya batuk-batuk," kata Kasimo, warga Sulurejo, Desa Plesungan.
Sekretaris Desa Plesungan, Yulianto, mengatakan, asap memang tidak datang setiap hari. Namun jika datang, kerap mengganggu aktivitas warga.
Pihaknya saat ini mengaku baru memberikan masker kepada warga. "Jika dibutuhkan, kami koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan," tutupnya.
Solo: Asap dari kebakaran sampah di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempo, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah, mulai mengganggu aktivitas masyarakat. Sejumlah warga bahkan mengeluhkan sesak napas dan mata pedih.
"Kalau asapnya ke sini paling tidak matanya pedih dan napasnya sesak," ujar Heriyanto, 45, salah seorang warga Kampung Jatirejo RT 03 RW 39, Mojosongo, Jebres, Solo, Selasa, 8 Oktober 2019.
Menurut Heri, kondisi tersebut dirasakan warga Jatirejo selama dua bulan. Namun, masyarakat berupaya bertahan.
"Kalau yang punya anak balit mengungsi ke rumah saudara. Lainnya ya tidak punya pilihan, harus bertahan di sini," katanya.
Tak hanya di Solo, asap juga mengarah ke utara, yakni ke Desa Plesungan, Karanganyar. Warga di desa tersebut juga banyak yang terpaksa mengungsi saat malam hari. Sekitar dua ribu jiwa terdampak asap itu.
"Asap datang biasanya pukul 16.00 WIB. Yang punya anak kecil mengungsi. Kalau enggak biasanya batuk-batuk," kata Kasimo, warga Sulurejo, Desa Plesungan.
Sekretaris Desa Plesungan, Yulianto, mengatakan, asap memang tidak datang setiap hari. Namun jika datang, kerap mengganggu aktivitas warga.
Pihaknya saat ini mengaku baru memberikan masker kepada warga. "Jika dibutuhkan, kami koordinasi dengan Dinas Kesehatan untuk memberikan layanan kesehatan," tutupnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)
