Lamongan: Sebelum tahun 1965 mayoritas masyarakat Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan beragama Islam. Kemudian pasca tragedi 65 muncul agama Kristen dan disusul dengan agama Hindu. hingga kini masyarakat di kawasan tersebut mampu hidup dengan toleransi yang begitu besar. Tempat-tempat ibadah saling berdekatan menunjukan tingginya toleransi di wilayah tersebut.
“Di Desa Balun ini muslim ada sekitar 79 persen, kristen sekitar 15 persen dan sisanya Hindu. karena sekarang banyak agama selain Islam maka kami sepakat membuatkan tempat ibadah dengan menggunakan tanah aset desa,” ujar Suwito selaku tokoh masyarakat Desa Balun.
Uniknya seluruh tempat ibadah di desa tersebut saling berdampingan. meskipun masyarakat berbeda agama namun tetap berada dalam keharmonisan satu dan lainnya. Selain itu tak jarang pula setiap keluarga ada memiliki keyakinan berbeda.
“Saya ada empat saudara, kakak saya yang paling tua beragama beragama nasrani, kakak ke dua beragama islam, terus kakak saya ke tiga beragama Hindu, dan saya sendiri beragama Hindu,” ungkap Tandi Pemangku adat Hindu Desa Balun.
Meski berbeda keyakinan tidak membuat mereka memutuskan tali silaturahmi. mereka tetap hidup rukun satu dan lainya. bahkan jika ada warga yang meninggal apapun agamanya seluruh warga pasti berduyun-duyun melayat.
“Di sini pemakaman Islam, Hindu berada di satu tempat. tak jarang juga ada warga Kristen yang meninggal minta dimakamkan di tempat yang sama,” ujar Tandi kembali.
Kini Desa Balun menjadi salah satu percontohan bagaimana menjaga toleransi antar umat beragama di daerah. Apa yang terjadi di desa tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia masih menjadi negara dengan tingkat kesadaran beragama yang tinggi antar warganya.
Kisah Lengkap mengenai masyarakat Balun dalam menjaga toleransi dapat dilihat dalam program Melihat Indonesia berjudul “Kidung Doa Desa Pancasila” pada hari Minggu, 27 September 2020 pukul 10.30 WIB di Metro TV.
Lamongan: Sebelum tahun 1965 mayoritas masyarakat Desa Balun, Kecamatan Turi, Kabupaten Lamongan beragama Islam. Kemudian pasca tragedi 65 muncul agama Kristen dan disusul dengan agama Hindu. hingga kini masyarakat di kawasan tersebut mampu hidup dengan toleransi yang begitu besar. Tempat-tempat ibadah saling berdekatan menunjukan tingginya toleransi di wilayah tersebut.
“Di Desa Balun ini muslim ada sekitar 79 persen, kristen sekitar 15 persen dan sisanya Hindu. karena sekarang banyak agama selain Islam maka kami sepakat membuatkan tempat ibadah dengan menggunakan tanah aset desa,” ujar Suwito selaku tokoh masyarakat Desa Balun.
Uniknya seluruh tempat ibadah di desa tersebut saling berdampingan. meskipun masyarakat berbeda agama namun tetap berada dalam keharmonisan satu dan lainnya. Selain itu tak jarang pula setiap keluarga ada memiliki keyakinan berbeda.
“Saya ada empat saudara, kakak saya yang paling tua beragama beragama nasrani, kakak ke dua beragama islam, terus kakak saya ke tiga beragama Hindu, dan saya sendiri beragama Hindu,” ungkap Tandi Pemangku adat Hindu Desa Balun.
Meski berbeda keyakinan tidak membuat mereka memutuskan tali silaturahmi. mereka tetap hidup rukun satu dan lainya. bahkan jika ada warga yang meninggal apapun agamanya seluruh warga pasti berduyun-duyun melayat.
“Di sini pemakaman Islam, Hindu berada di satu tempat. tak jarang juga ada warga Kristen yang meninggal minta dimakamkan di tempat yang sama,” ujar Tandi kembali.
Kini Desa Balun menjadi salah satu percontohan bagaimana menjaga toleransi antar umat beragama di daerah. Apa yang terjadi di desa tersebut menjadi bukti bahwa Indonesia masih menjadi negara dengan tingkat kesadaran beragama yang tinggi antar warganya.
Kisah Lengkap mengenai masyarakat Balun dalam menjaga toleransi dapat dilihat dalam program Melihat Indonesia berjudul “Kidung Doa Desa Pancasila” pada hari Minggu, 27 September 2020 pukul 10.30 WIB di Metro TV.
.jpg)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(ALB)
