medcom.id, Denpasar: Aktivis dari Jaringan Peduli Anak mendatangi Kejaksaan Tinggi Bali mempertanyakan berkas kasus pembunuhan Angeline yang dikembalikan ke penyidik Polda Bali.
"Sesulit itukah menjerat Margriet menjadi tersangka. Padahal, Angeline itu mati di rumah dan yang ada saat itu hanya kedua tersangka, yakni Margriet dan Agus," ujar Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, Luh Putu Anggreni, saat berdialog dengan jajaran Kejati Bali, Kamis (23/7/2015).
Dalam audiensi ini, mereka diterima oleh Asisten Tindak Pidana Umum (Aspidum) Holopan Nainggolan, Ketua Tim Jaksa Penuntut Kasus Pembunuhan Angeline, Subheka, Humas Kejati Bali Ashari Kurniawan. Pertemuan berlangsung di Aula Kejaksaan Tinggi Bali.
Mereka mempertanyakan kenapa tim jaksa dari Kejati Bali kesulitan menuntut tersangka, terutama Margriet. "Kalau ini yang terjadi, maka besar kemungkinan Margriet bisa bebas. Sementara kasus yang bergulir di praperadilan masih dalam proses persidangan," kata Anggreni.
Jaringan Peduli Anak terdiri dari sejumlah aktivis peduli anak dan perempuan di Bali. Antara lain, Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP3A) Kota Denpasar; Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Bali; Himpunan Advokat Muda Indonesia (HAMI) Bali; Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali; pemerhati perempuan dan anak; serta sejumlah aktivis.
Angeline dinyatakan hilang oleh ibu angkatnya Margriet pada 16 Mei sekitar pukul 15.00 Wita. Namun, Angeline kemudian ditemukan tewas terkubur di halaman belakang rumahnya di Jalan Sedap Malam 26, Sanur, Denpasar Timur, pada 10 Juni.
Polda Bali kemudian menetapkan ibu angkat Angeline, Margriet Megawe, dan pembantu rumah Agustinus Tae, sebagai tersangka. Selain tersangka pembunuhan, Margriet juga menjadi tersangka penelantaran anak.
medcom.id, Denpasar: Aktivis dari Jaringan Peduli Anak mendatangi Kejaksaan Tinggi Bali mempertanyakan berkas kasus pembunuhan Angeline yang dikembalikan ke penyidik Polda Bali.
"Sesulit itukah menjerat Margriet menjadi tersangka. Padahal, Angeline itu mati di rumah dan yang ada saat itu hanya kedua tersangka, yakni Margriet dan Agus," ujar Sekretaris Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Kota Denpasar, Luh Putu Anggreni, saat berdialog dengan jajaran Kejati Bali, Kamis (23/7/2015).
Dalam audiensi ini, mereka diterima oleh Asisten Tindak Pidana Umum (Aspidum) Holopan Nainggolan, Ketua Tim Jaksa Penuntut Kasus Pembunuhan Angeline, Subheka, Humas Kejati Bali Ashari Kurniawan. Pertemuan berlangsung di Aula Kejaksaan Tinggi Bali.
Mereka mempertanyakan kenapa tim jaksa dari Kejati Bali kesulitan menuntut tersangka, terutama Margriet. "Kalau ini yang terjadi, maka besar kemungkinan Margriet bisa bebas. Sementara kasus yang bergulir di praperadilan masih dalam proses persidangan," kata Anggreni.
Jaringan Peduli Anak terdiri dari sejumlah aktivis peduli anak dan perempuan di Bali. Antara lain, Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP3A) Kota Denpasar; Komisi Perlindungan Anak Indonesia Daerah (KPAID) Bali; Himpunan Advokat Muda Indonesia (HAMI) Bali; Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Bali; pemerhati perempuan dan anak; serta sejumlah aktivis.
Angeline dinyatakan hilang oleh ibu angkatnya Margriet pada 16 Mei sekitar pukul 15.00 Wita. Namun, Angeline kemudian ditemukan tewas terkubur di halaman belakang rumahnya di Jalan Sedap Malam 26, Sanur, Denpasar Timur, pada 10 Juni.
Polda Bali kemudian menetapkan ibu angkat Angeline, Margriet Megawe, dan pembantu rumah Agustinus Tae, sebagai tersangka. Selain tersangka pembunuhan, Margriet juga menjadi tersangka penelantaran anak.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(UWA)
