medcom.id, Jakarta: Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri menyatakan pemberdayaan eks warga Dolly, Surabaya, menghabiskan dana sebesar Rp7,3 miliar. Pemberdayaan tersebut meliputi kegiatan pemberian beragam jenis keterampilan ekomomi produktif, seperti membatik, membuat kue, dan usaha telor asin.
Mensos mengatakan dana sebesar Rp7,3 miliar tersebut memang disiapkan untuk usaha ekonomi produktif (UEP), jaminan hidup (jadup) rehabilitasi sosial bagi wanita tuna sosial (WTS), serta dana transportasi bagi para 1.449 perempuan eks penghuni Dolly untuk pulang ke daerah asal.
"Kemensos mengalokasikan pemberdayaan Rp5.050.000 bagi setiap WTS," jelas Mensos pada Rabu (18/6/2014). Untuk memantapkan berbagai program pemberdayaan bagi para eks WTS tersebut, Kemensos melalui Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) melakukan monitoring secara berkala untuk memastikan pemanfaatan bantuan di daerah masing-masing.
Monitoring, lanjut Mensos, dilakukan oleh TKSK untuk memastikan berbagai program pemberdayaan terhadap eks WTS bisa tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat penerima. Pemberdayaan Kemensos bertujuan agar para eks WTS menetapkan pilihan dengan beralih profesi agar lebih mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara sosial.
Selain itu, risiko yang ditimbulkan akibat profesi mereka tidaklah kecil seperti penyebaran berbagai penyakit mematikan seperti HIV/AIDS yang masa inkubasi maupun prevalensinya tidak banyak diketahui dan berbagai penyakit sosial.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan pihaknya akan memfungsikan kawasan Dolly menjadi pusat aktivitas ekonomi kerakyatan. Sementara itu, peran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur terfokus pada lingkup pemberdayaan bagi para eks germo dan muncikari dengan bantuan Rp5 juta per orang.
medcom.id, Jakarta: Menteri Sosial (Mensos) Salim Segaf Al Jufri menyatakan pemberdayaan eks warga Dolly, Surabaya, menghabiskan dana sebesar Rp7,3 miliar. Pemberdayaan tersebut meliputi kegiatan pemberian beragam jenis keterampilan ekomomi produktif, seperti membatik, membuat kue, dan usaha telor asin.
Mensos mengatakan dana sebesar Rp7,3 miliar tersebut memang disiapkan untuk usaha ekonomi produktif (UEP), jaminan hidup (jadup) rehabilitasi sosial bagi wanita tuna sosial (WTS), serta dana transportasi bagi para 1.449 perempuan eks penghuni Dolly untuk pulang ke daerah asal.
"Kemensos mengalokasikan pemberdayaan Rp5.050.000 bagi setiap WTS," jelas Mensos pada Rabu (18/6/2014). Untuk memantapkan berbagai program pemberdayaan bagi para eks WTS tersebut, Kemensos melalui Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) melakukan monitoring secara berkala untuk memastikan pemanfaatan bantuan di daerah masing-masing.
Monitoring, lanjut Mensos, dilakukan oleh TKSK untuk memastikan berbagai program pemberdayaan terhadap eks WTS bisa tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat penerima. Pemberdayaan Kemensos bertujuan agar para eks WTS menetapkan pilihan dengan beralih profesi agar lebih mandiri secara ekonomi dan bermartabat secara sosial.
Selain itu, risiko yang ditimbulkan akibat profesi mereka tidaklah kecil seperti penyebaran berbagai penyakit mematikan seperti HIV/AIDS yang masa inkubasi maupun prevalensinya tidak banyak diketahui dan berbagai penyakit sosial.
Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan pihaknya akan memfungsikan kawasan Dolly menjadi pusat aktivitas ekonomi kerakyatan. Sementara itu, peran Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Timur terfokus pada lingkup pemberdayaan bagi para eks germo dan muncikari dengan bantuan Rp5 juta per orang.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(PRI)
