Blitar: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur menyebut kenaikan harga cabai dalam beberapa waktu terakhir karena adanya perubahan pola tanam. Lahan tanam cabai kini ditanami padi.
"Untuk (ketersediaan) cabai di Januari ini ada penurunan sehingga terjadi kenaikan harga produksi. Ini karena yang panen di Januari adalah tanaman Oktober 2019," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Hadi Sulistyo, melansir Antara, Rabu, 22 Januari 2020.
Saat masa tanam cabai sebelumnya, kata dia, banyak petani memanfaatkan lahan sawah. Kini, hujan sudah mulai turun dengan intensif, sehingga petani sudah banyak yang mengubah tanaman dari semula hortikultura menjadi tanaman padi.
Wilayah Jatim pada musim tanam hanya sekitar 360 hektare lahan yang ditanami cabai, sehingga produksi juga kurang optimal. Hal inilah yang memicu terjadinya panen lebih sedikit dari kebutuhan pasar, sehingga harga cabai juga naik drastis.
Kendati demikian, untuk musim tanam yang sudah terpantau sekitar Januari-Februari 2020, di Jatim ada sekitar 1.700 hektare lahan yang ditanami bibit cabai. Dengan demikian, panen selanjutnya akan berlangsung pada Maret atau April 2020, diikuti harga cabai yang relatif lebih stabil.
"Tidak perlu (impor cabai), walau pun harga mahal. Itu kan karena hukum pasar," ujarnya.
Sementara itu harga cabai terus mengalami kenaikan hampir setiap hari di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Blitar. Saat ini harga cabai besar di Blitar Rp58 ribu per kilogram sedangkan harga cabai rawit dari semula Rp68 ribu per kilogram, naik menjadi Rp71 ribu.
Kepala Seksi Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Blitar Hikmah Wahyudi menambahkan di Blitar panen cabai rata-rata bisa mencapai 15 ton per hari. Namun, produksi tersebut relatif turun menjadi sekitar 10 ton per hari karena banyak cabai petani busuk diserang jamur.
"Dalam waktu dekat pasokan akan kembali normal, mengingat petani di Kabupaten Blitar sudah hampir panen cabai," imbuhnya.
Blitar: Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Jawa Timur menyebut kenaikan harga cabai dalam beberapa waktu terakhir karena adanya perubahan pola tanam. Lahan tanam cabai kini ditanami padi.
"Untuk (ketersediaan) cabai di Januari ini ada penurunan sehingga terjadi kenaikan harga produksi. Ini karena yang panen di Januari adalah tanaman Oktober 2019," kata Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jawa Timur Hadi Sulistyo, melansir Antara, Rabu, 22 Januari 2020.
Saat masa tanam cabai sebelumnya, kata dia, banyak petani memanfaatkan lahan sawah. Kini, hujan sudah mulai turun dengan intensif, sehingga petani sudah banyak yang mengubah tanaman dari semula hortikultura menjadi tanaman padi.
Wilayah Jatim pada musim tanam hanya sekitar 360 hektare lahan yang ditanami cabai, sehingga produksi juga kurang optimal. Hal inilah yang memicu terjadinya panen lebih sedikit dari kebutuhan pasar, sehingga harga cabai juga naik drastis.
Kendati demikian, untuk musim tanam yang sudah terpantau sekitar Januari-Februari 2020, di Jatim ada sekitar 1.700 hektare lahan yang ditanami bibit cabai. Dengan demikian, panen selanjutnya akan berlangsung pada Maret atau April 2020, diikuti harga cabai yang relatif lebih stabil.
"Tidak perlu (impor cabai), walau pun harga mahal. Itu kan karena hukum pasar," ujarnya.
Sementara itu harga cabai terus mengalami kenaikan hampir setiap hari di sejumlah pasar tradisional Kabupaten Blitar. Saat ini harga cabai besar di Blitar Rp58 ribu per kilogram sedangkan harga cabai rawit dari semula Rp68 ribu per kilogram, naik menjadi Rp71 ribu.
Kepala Seksi Hortikultura Dinas Pertanian Kabupaten Blitar Hikmah Wahyudi menambahkan di Blitar panen cabai rata-rata bisa mencapai 15 ton per hari. Namun, produksi tersebut relatif turun menjadi sekitar 10 ton per hari karena banyak cabai petani busuk diserang jamur.
"Dalam waktu dekat pasokan akan kembali normal, mengingat petani di Kabupaten Blitar sudah hampir panen cabai," imbuhnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(MEL)
