Jakarta: Noor Titan Putri Hartono, perempuan asal Jawa Tengah yang menempuh kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Boston, Amerika Serikat, berhasil menciptakan perovskite yang lebih stabil sebagai bahan panel surya masa depan.
"Kalau kita lihat di market, 80 persen panel surya terbuat dari silikon, bahan ini lumayan mahal. Kalau perovskite bisa jadi lebih murah dan efisiensinya sudah sebanding dengan silikon, tapi memang kurang stabil," kata Noor Titan Putri Hartono dalam tayangan Newsline Metro TV, Selasa 26 Oktober 2021.
Wanita yang disapa Titan ini, sejak 2016 fokus mengembangkan material panel surya yang murah dan lebih efisien. Setelah sekitar 1.000 kali percobaan, akhirnya titan berhasil menciptakan komposisi perovskite yang delapan kali lebih stabil dari sebelumya.
Titan merupakan peneliti di laboratorium photovoltaic MIT. Ketertarikan Titan pada energi terbarukan dimulai sejak ia mengambil studi pascasarjana di MIT lima tahun lalu. Ia pun langsung melanjutkan penelitiannya saat menempuh pendidikan doktoral di kampus yang sama.
Setelah mendapat gelar PhD dari MIT Juni 2021, Titan berencana melanjutkan penelitiannya di Jerman untuk mencari solusi energi terbarukan yang murah dan mudah diakses masyarakat.
"Aku berharap 10 tahun kedepan kita bisa dapat produk yang sudah jadi," kata Noor Titan Putri Hartono.
Mentor yang membimbing Titan di MIT merasa optimis dengan penelitian yang dilakuakn TItan, ia yakin penemuan ini akan bermanfaat di masa depan nanti.
"Jenis sel surya yang diteliti titan, berbiaya rendah, ringan dan fleksibel, sehingga memungkinkan untuk dipasang di berbagai perangkat," kata Mentor Titan, Shijing Sun.
Dengan penelitian yang dilakukan, Titan ia berharap pemerataan listrik di indonesia dapat terbantu dengan adanya teknologi panel surya perovskite, karena tidak butuh transmisi , dapat dibangun di pulau sendiri seperti microgrid.
Microgrid merupakan sistem distribusi skala kecil yang terdiri dari sumber energi terdistribusi dengan media penyimpanan energi. (Imanuel Rymaldi Matatula)
Jakarta: Noor Titan Putri Hartono, perempuan asal Jawa Tengah yang menempuh kuliah di Massachusetts Institute of Technology (MIT), Boston, Amerika Serikat, berhasil menciptakan perovskite yang lebih stabil sebagai bahan panel surya masa depan.
"Kalau kita lihat di market, 80 persen panel surya terbuat dari silikon, bahan ini lumayan mahal. Kalau perovskite bisa jadi lebih murah dan efisiensinya sudah sebanding dengan silikon, tapi memang kurang stabil," kata Noor Titan Putri Hartono dalam tayangan Newsline Metro TV, Selasa 26 Oktober 2021.
Wanita yang disapa Titan ini, sejak 2016 fokus mengembangkan material panel surya yang murah dan lebih efisien. Setelah sekitar 1.000 kali percobaan, akhirnya titan berhasil menciptakan komposisi perovskite yang delapan kali lebih stabil dari sebelumya.
Titan merupakan peneliti di laboratorium photovoltaic MIT. Ketertarikan Titan pada energi terbarukan dimulai sejak ia mengambil studi pascasarjana di MIT lima tahun lalu. Ia pun langsung melanjutkan penelitiannya saat menempuh pendidikan doktoral di kampus yang sama.
Setelah mendapat gelar PhD dari MIT Juni 2021, Titan berencana melanjutkan penelitiannya di Jerman untuk mencari solusi energi terbarukan yang murah dan mudah diakses masyarakat.
"Aku berharap 10 tahun kedepan kita bisa dapat produk yang sudah jadi," kata Noor Titan Putri Hartono.
Mentor yang membimbing Titan di MIT merasa optimis dengan penelitian yang dilakuakn TItan, ia yakin penemuan ini akan bermanfaat di masa depan nanti.
"Jenis sel surya yang diteliti titan, berbiaya rendah, ringan dan fleksibel, sehingga memungkinkan untuk dipasang di berbagai perangkat," kata Mentor Titan, Shijing Sun.
Dengan penelitian yang dilakukan, Titan ia berharap pemerataan listrik di indonesia dapat terbantu dengan adanya teknologi panel surya perovskite, karena tidak butuh transmisi , dapat dibangun di pulau sendiri seperti microgrid.
Microgrid merupakan sistem distribusi skala kecil yang terdiri dari sumber energi terdistribusi dengan media penyimpanan energi.
(Imanuel Rymaldi Matatula) Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(REN)
