Bandung: Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bandung, Siti Muntamah Oded, mengajak masyarakat lebih bijak terkait kasus asusila yang menimpa sejumlah santriwati di Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS).
Perempuan yang akrab disapa Umi ini khawatir jika eksploitasi berlebihan berdampak pada psikologis peserta didik di lembaga tersebut, utamanya santriwati yang menjadi korban.
"Sebisa mungkin kita harus bisa melindungi psikologis anak-anak ini. Jangan sampai identitas anak dengan gampang tersebar luar dan dikhawatirkan menjadi perundungan atau membuat mental anak menjadi turun," kata Umi di Bandung, Kamis, 9 Desember 2021.
Baca: PHL Penyandang Disabilitas Polres Tangsel Raih Perunggu pada Peparnas XVI
Umi inign warga semakin sadar dengan penguatan ketahanan keluarga. Hal itu agar kasus asusila yang dilakukan oleh HW, oknum guru pondok pesantren di Cibiru tidak terulang.
"Di TP PKK kita melakukan langkah penguatan supaya keluarga kondusif sesuai cita-cita PKK mewujudkan keluarga yang beriman dan bertakwa," jelasnya
Guna menguatkan ketahanan keluarga di Kota Bandung, sudah berdiri Pusat Pembelajaran (Puspaga). Sebagai ketua Puspaga, Umi menyatakan Puspaga juga bisa menjadi salah satu solusi apabila terjadi persoalan dalam keluarga.
"Terlepas ada beberapa persoalan, hadirnya Puspaga agar parenting keluarga dikuatkan. Alhamdulillah banyak keluarga yang konsultasi untuk mendapatkan arahan sampai kondusif dan selesai," ungkapnya.
Ia pun memastikan, santriwati yang menjadi korban mendapatkan pendampingan guna menguatkan psikologis. Penegak hukum juga diharap memberikan hukuman setimpal terhadap pelaku HW.
"Sekarang kasusnya (asusila oknum guru) sudah masuk ranah hukum, tinggal kita memberikan motivasi kepada para korban, saling menguatkan secara mental dan psikis," ujarnya.
Bandung: Ketua Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (TP PKK) Kota Bandung, Siti Muntamah Oded, mengajak masyarakat lebih bijak terkait kasus
asusila yang menimpa sejumlah santriwati di Pendidikan Kesetaraan Pondok Pesantren Salafiyah (PKPPS).
Perempuan yang akrab disapa Umi ini khawatir jika eksploitasi berlebihan berdampak pada psikologis peserta didik di lembaga tersebut, utamanya santriwati yang menjadi korban.
"Sebisa mungkin kita harus bisa melindungi psikologis anak-anak ini. Jangan sampai identitas anak dengan gampang tersebar luar dan dikhawatirkan menjadi perundungan atau membuat mental anak menjadi turun," kata Umi di Bandung, Kamis, 9 Desember 2021.
Baca:
PHL Penyandang Disabilitas Polres Tangsel Raih Perunggu pada Peparnas XVI
Umi inign warga semakin sadar dengan penguatan ketahanan keluarga. Hal itu agar kasus asusila yang dilakukan oleh HW, oknum guru pondok pesantren di Cibiru tidak terulang.
"Di TP PKK kita melakukan langkah penguatan supaya keluarga kondusif sesuai cita-cita PKK mewujudkan keluarga yang beriman dan bertakwa," jelasnya
Guna menguatkan ketahanan keluarga di Kota Bandung, sudah berdiri Pusat Pembelajaran (Puspaga). Sebagai ketua Puspaga, Umi menyatakan Puspaga juga bisa menjadi salah satu solusi apabila terjadi persoalan dalam keluarga.
"Terlepas ada beberapa persoalan, hadirnya Puspaga agar parenting keluarga dikuatkan. Alhamdulillah banyak keluarga yang konsultasi untuk mendapatkan arahan sampai kondusif dan selesai," ungkapnya.
Ia pun memastikan, santriwati yang menjadi korban mendapatkan pendampingan guna menguatkan psikologis. Penegak hukum juga diharap memberikan hukuman setimpal terhadap pelaku HW.
"Sekarang kasusnya (asusila oknum guru) sudah masuk ranah hukum, tinggal kita memberikan motivasi kepada para korban, saling menguatkan secara mental dan psikis," ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(DEN)
