medcom.id, Ambon: Kepala Biro Sumber Daya Manusia (Karo SDM) Polda Maluku Komisaris Besar Khoirut Tauchid meminta maaf kepada Pers di Maluku. Ia mengaku, tak bermaksud melecehkan profesi pewarta dengan menyebut reporter TVRI Stasiun Maluku, Minggus Noya, bodoh.
Khoirut mengaku, terdesak dengan pertanyaan Minggus yang dirasa menyudutkan dirinya. "Pertanyaannya menyudutkan saya, sehingga saya mengeluarkan perkataan (bodoh-Red.). Tapi, perkataan itu tak bermaksud melecehkan profesi wartawan. Tapi jika itu menjadi masalah, saya minta maaf kepada semuanya," kata Khoirut dalam pertemuan dengan kalangan jurnalis Ambon di ruang Humas Polda Maluku, Senin (9/6/2014).
Khoirut mengatakan, selama ini Polda Maluku punya hubungan baik dengan kalangan Pers. Sebab itu, ia berharap permintaan maaf ini bisa mengakhiri ketegangan dengan Pers di Maluku.
Jumat (6/6/2014), Minggus bersama kameramen Izhak Tamaela, mengonfirmasi soal praktik kecurangan saat seleksi penerimaan Bintara Polwan di Polda Maluku. Kecurangan itu yakni, nama siswa yang lolos digantikan peserta lain saat diberangkatkan mengikuti pendidikan di Purwokerto, Jawa Tengah.
Bukannya mengklarifikasi, Khoirut justru marah-marah dan menghardik Minggus dengan perkataan bodoh. Minggus lalu mengadukan pelecehan itu ke AJI dan LBH Pers Ambon. LBH Pers mengancam melaporkan Khoirut ke Propam Polda Maluku jika tak lekas meminta maaf kepada Pers Maluku.
Ketua AJI Ambon, Insany Syahbarwaty, menyatakan, jurnalis dan polisi pada dasarnya adalah mitra sehingga harus saling menghormati. "Profesi jurnalis dilindungi undang-undang, jadi jelas tak boleh dilecehkan. Jika Anda tidak senang Anda punya hak menolak menjawab pertanyaan dengan santun, tanpa perlu menghina atau melecehkan jurnalis, penghinaan itu sudah masuk kategori kekerasan verbal,'' tegas Insany.
medcom.id, Ambon: Kepala Biro Sumber Daya Manusia (Karo SDM) Polda Maluku Komisaris Besar Khoirut Tauchid meminta maaf kepada Pers di Maluku. Ia mengaku, tak bermaksud melecehkan profesi pewarta dengan menyebut reporter TVRI Stasiun Maluku, Minggus Noya, bodoh.
Khoirut mengaku, terdesak dengan pertanyaan Minggus yang dirasa menyudutkan dirinya. "Pertanyaannya menyudutkan saya, sehingga saya mengeluarkan perkataan (bodoh-Red.). Tapi, perkataan itu tak bermaksud melecehkan profesi wartawan. Tapi jika itu menjadi masalah, saya minta maaf kepada semuanya," kata Khoirut dalam pertemuan dengan kalangan jurnalis Ambon di ruang Humas Polda Maluku, Senin (9/6/2014).
Khoirut mengatakan, selama ini Polda Maluku punya hubungan baik dengan kalangan Pers. Sebab itu, ia berharap permintaan maaf ini bisa mengakhiri ketegangan dengan Pers di Maluku.
Jumat (6/6/2014), Minggus bersama kameramen Izhak Tamaela, mengonfirmasi soal praktik kecurangan saat seleksi penerimaan Bintara Polwan di Polda Maluku. Kecurangan itu yakni, nama siswa yang lolos digantikan peserta lain saat diberangkatkan mengikuti pendidikan di Purwokerto, Jawa Tengah.
Bukannya mengklarifikasi, Khoirut justru marah-marah dan menghardik Minggus dengan perkataan bodoh. Minggus lalu mengadukan pelecehan itu ke AJI dan LBH Pers Ambon. LBH Pers mengancam melaporkan Khoirut ke Propam Polda Maluku jika tak lekas meminta maaf kepada Pers Maluku.
Ketua AJI Ambon, Insany Syahbarwaty, menyatakan, jurnalis dan polisi pada dasarnya adalah mitra sehingga harus saling menghormati. "Profesi jurnalis dilindungi undang-undang, jadi jelas tak boleh dilecehkan. Jika Anda tidak senang Anda punya hak menolak menjawab pertanyaan dengan santun, tanpa perlu menghina atau melecehkan jurnalis, penghinaan itu sudah masuk kategori kekerasan verbal,'' tegas Insany.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(ICH)
