medcom.id, Denpasar: Penyidik kasus kematian Engeline dari Polda Bali melarang dua anak dari tersangka penelantaran anak, Christine dan Ivone bertemu dengan ibu kandungnya yakni Margriet C. Megawe. Margriet yang merupakan ibu angkat dari Engeline sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penelantaran anak yang dilaporkan oleh P2TP2A dan KPAID Bali. Kedua anak kandung blasteran tersebut dilarang bertemu ibunya sekalipun didampingi oleh pengacaranya.
Menurut pengacara dari Kantor Hotma Sitompul dan Rekan, Dionisius Pongkor, pertemuan antara kedua anak Margriet yakni Christine dan Ivonne sebenarnya sudah disepakati dengan Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Bali kemarin. Dalam negosiasi tersebut pihak penyidik menyepakati kedua anaknya bisa bertemu Margriet pada jam besuk.
"Namun tadi waktu Ivone dan Christine datang, mereka tida diizinkan bertemu ibunya. Padahal ini antara anak kandung dan ibu kandung. Ini hak asasi seseorang untuk bertemu dengan ibu kandungnya. Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan karena tidak diizinkan oleh Dir Rekskrimum Polda Bali," ujar Dion di Mapolda Bali, Jumat (19/6/2015) malam.
Christine dan Ivonne pun sangat kecewa karena tidak bisa bertemu ibunya pada jam besuk. "Kami tidak tahu apa alasannya, kenapa seorang anak tidak bisa bertemu ibunya," ujarnya.
Dion pun mempertanyakn sikap kepolisian Polda Bali. Sebab, sebelumnya sudah mengizinkan Christine dan Ivonne bertemu Margrite dengan berbagai syarat, seperti dilarang berbicara selama di dalam ruangan tahanan, waktunya besuk yang dibatasi serta kunjungan pun akan di bawah pengawasan penyidik
Namun, semua kesepakatan itu akhirnya ditolak. "Kami juga tidak paham dengan ini semua. Kami tidak tahu alasan kenapa ditolak," tandas dia.
medcom.id, Denpasar: Penyidik kasus kematian Engeline dari Polda Bali melarang dua anak dari tersangka penelantaran anak, Christine dan Ivone bertemu dengan ibu kandungnya yakni Margriet C. Megawe. Margriet yang merupakan ibu angkat dari Engeline sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penelantaran anak yang dilaporkan oleh P2TP2A dan KPAID Bali. Kedua anak kandung blasteran tersebut dilarang bertemu ibunya sekalipun didampingi oleh pengacaranya.
Menurut pengacara dari Kantor Hotma Sitompul dan Rekan, Dionisius Pongkor, pertemuan antara kedua anak Margriet yakni Christine dan Ivonne sebenarnya sudah disepakati dengan Direktur Reserse dan Kriminal Umum Polda Bali kemarin. Dalam negosiasi tersebut pihak penyidik menyepakati kedua anaknya bisa bertemu Margriet pada jam besuk.
"Namun tadi waktu Ivone dan Christine datang, mereka tida diizinkan bertemu ibunya. Padahal ini antara anak kandung dan ibu kandung. Ini hak asasi seseorang untuk bertemu dengan ibu kandungnya. Tetapi hal ini tidak bisa dilakukan karena tidak diizinkan oleh Dir Rekskrimum Polda Bali," ujar Dion di Mapolda Bali, Jumat (19/6/2015) malam.
Christine dan Ivonne pun sangat kecewa karena tidak bisa bertemu ibunya pada jam besuk. "Kami tidak tahu apa alasannya, kenapa seorang anak tidak bisa bertemu ibunya," ujarnya.
Dion pun mempertanyakn sikap kepolisian Polda Bali. Sebab, sebelumnya sudah mengizinkan Christine dan Ivonne bertemu Margrite dengan berbagai syarat, seperti dilarang berbicara selama di dalam ruangan tahanan, waktunya besuk yang dibatasi serta kunjungan pun akan di bawah pengawasan penyidik
Namun, semua kesepakatan itu akhirnya ditolak. "Kami juga tidak paham dengan ini semua. Kami tidak tahu alasan kenapa ditolak," tandas dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(AZF)
