medcom.id, Pontianak: Prajurit dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Lantamal XII Pontianak diingatkan, agar tetap setia kepada Pancasila sebagai landasan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ideologi negara tidak boleh digantikan dengan ideologi lainnya.
"Hari Kesaktian Pancasila adalah sebuah konstruksi sosial atas kemampuan bangsa Indonesia memenangkan pertarungan melawan pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang ingin menggantikan Pancasila sebagai ideologi NKRI dengan komunisme," kata Danlantamal XII Pontianak Brigjen (Mar) Endi Supardi saat menjadi inspektur upacara Hari Kesaktian Pancasila di Mako Lantamal XII Pontianak, Jalan Kom. Yos Sudarso, Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu 1 Oktober 2017.
Menurut Endi, kegagalan komunis mengubah konsepsi dasar negara melalui Gerakan 30 September berharga mahal. Sejumlah perwira yang didaulat menjadi Pahlawan Revolusi harus menumpahkan darahnya, yaitu Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen M.T. Haryono, Letjen Siswondo Parman, Mayjen D.I. Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo, Kolonel Infanteri Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto, Kapten Pierre Tendean, dan Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun.
"Gerakan 30 September 1965 adalah peristiwa sejarah yang tidak boleh dilupakan anak bangsa dan atas nama HAM (hak asasi manusia), demokratisasi, dan reformasi. Reformasi tidak akan bisa mengubah pemberontakan PKI," tegas Endi.
Endi menegaskan, pemberontakan PKI pada 1965 harus tetap diyakini sebagai upaya makar terhadap Pemerintah Republik Indonesia dan NKRI yang berdasar Pancasila.
medcom.id, Pontianak: Prajurit dan Aparatur Sipil Negara (ASN) di lingkungan Lantamal XII Pontianak diingatkan, agar tetap setia kepada Pancasila sebagai landasan ideologi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Ideologi negara tidak boleh digantikan dengan ideologi lainnya.
"Hari Kesaktian Pancasila adalah sebuah konstruksi sosial atas kemampuan bangsa Indonesia memenangkan pertarungan melawan pemberontakan PKI (Partai Komunis Indonesia) yang ingin menggantikan Pancasila sebagai ideologi NKRI dengan komunisme," kata Danlantamal XII Pontianak Brigjen (Mar) Endi Supardi saat menjadi inspektur upacara Hari Kesaktian Pancasila di Mako Lantamal XII Pontianak, Jalan Kom. Yos Sudarso, Pontianak, Kalimantan Barat, Minggu 1 Oktober 2017.
Menurut Endi, kegagalan komunis mengubah konsepsi dasar negara melalui Gerakan 30 September berharga mahal. Sejumlah perwira yang didaulat menjadi Pahlawan Revolusi harus menumpahkan darahnya, yaitu Jenderal Ahmad Yani, Letjen Suprapto, Letjen M.T. Haryono, Letjen Siswondo Parman, Mayjen D.I. Pandjaitan, Mayjen Sutoyo Siswomiharjo, Brigadir Jenderal TNI Anumerta Katamso Darmokusumo, Kolonel Infanteri Anumerta R. Sugiyono Mangunwiyoto, Kapten Pierre Tendean, dan Ajun Inspektur Polisi Dua Anumerta Karel Satsuit Tubun.
"Gerakan 30 September 1965 adalah peristiwa sejarah yang tidak boleh dilupakan anak bangsa dan atas nama HAM (hak asasi manusia), demokratisasi, dan reformasi. Reformasi tidak akan bisa mengubah pemberontakan PKI," tegas Endi.
Endi menegaskan, pemberontakan PKI pada 1965 harus tetap diyakini sebagai upaya makar terhadap Pemerintah Republik Indonesia dan NKRI yang berdasar Pancasila.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(NIN)
