Pati: Kawasan tambang galian C di Desa Baleadi, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kembali mengalami longsor. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Menurut Kepala Desa Baleadi Suhardi, peristiwa longsor terjadi pada Senin pagi, 3 Januari 2022, pukul 05.30 WIB. Sedangkan lokasi tambang berada di perbatasan antara Desa Baleadi dan Kedungwinong.
Saat kejadian, kata dia, memang belum ada aktivitas penambangan serta kendaraan pengangkut material galian C maupun alat berat. Ekskavator juga lebih dulu dievakuasi karena pemilik tambang sudah mendeteksi akan terjadi longsor sehingga tidak ada korban jiwa.
Pada 1 Januari 2021, katanya, pemilik tambang mengetahui adanya retakan, selanjutnya mereka mengantisipasi dengan mengevakuasi alat beratnya dari lokasi tambang untuk antisipasi longsor.
Baca juga: Vaksinasi Anak di Palembang Masih Tertunda
Penyebab bencana tanah longsor tersebut, salah satunya karena adanya aktivitas penambangan, sehingga Pemprov Jateng sebagai pemberi izin diharapkan memastikan aktivitas penambangan tersebut dilakukan sesuai standar operasional prosedur untuk menghindari kerusakan lingkungan.
"Apalagi saat ini sedang musim hujan, sedangkan retakan tanah yang terjadi juga berpotensi kemasukan air, sehingga menambah risiko longsor," ujarnya.
Meskipun lokasi galian jauh dari pemukiman, saat musim kemarau bisa menimbulkan polusi udara dan akses jalan desa ketika dilalui kendaraan pengangkut bahan galian juga berpotensi rusak, karena tidak sesuai kelas jalannya.
"Harusnya infrastruktur jalan juga ada perhatian, sehingga warga ikut menikmati dampak positifnya atas keberadaan aktivitas penambangan tersebut," ungkap Suhardi.
Baca juga: BMKG Prediksi Sebagian Wilayah Indonesia Diguyur Hujan Lebat
Selama ini, kata dia, hasil galian memang dibawa ke luar daerah, sehingga aksesnya langsung menuju jalan kabupaten. Namun, ketika yang memesan warga sekitar tentu akan melalui jalan desa.
Ia juga khawatir soal ketersediaan air bersih, karena pegunungan kapur menyerap air, sehingga ketika pegunungan itu habis bisa mempengaruhi ketersediaan sumber-sumber air yang selama ini tersedia di alam untuk keperluan sehari-hari warga desa setempat.
Pada akhir 2020, di desa setempat juga pernah terjadi longsor di lokasi galian C yang menimbulkan korban jiwa.
Selain mengakibatkan korban jiwa, peristiwa tersebut juga mengakibatkan empat unit truk pengangkut material galian rusak dan dua unit ekskavator juga rusak tertimpa material longsor.
Pati:
Kawasan tambang galian C di Desa Baleadi, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, kembali mengalami longsor. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa tersebut.
Menurut Kepala Desa Baleadi Suhardi, peristiwa longsor terjadi pada Senin pagi, 3 Januari 2022, pukul 05.30 WIB. Sedangkan lokasi tambang berada di perbatasan antara Desa Baleadi dan Kedungwinong.
Saat kejadian, kata dia, memang belum ada aktivitas penambangan serta kendaraan pengangkut material galian C maupun alat berat. Ekskavator juga lebih dulu dievakuasi karena pemilik tambang sudah mendeteksi akan terjadi longsor sehingga tidak ada korban jiwa.
Pada 1 Januari 2021, katanya, pemilik tambang mengetahui adanya retakan, selanjutnya mereka mengantisipasi dengan mengevakuasi alat beratnya dari lokasi tambang untuk antisipasi longsor.
Baca juga:
Vaksinasi Anak di Palembang Masih Tertunda
Penyebab bencana tanah longsor tersebut, salah satunya karena adanya aktivitas penambangan, sehingga Pemprov Jateng sebagai pemberi izin diharapkan memastikan aktivitas penambangan tersebut dilakukan sesuai standar operasional prosedur untuk menghindari kerusakan lingkungan.
"Apalagi saat ini sedang musim hujan, sedangkan retakan tanah yang terjadi juga berpotensi kemasukan air, sehingga menambah risiko longsor," ujarnya.
Meskipun lokasi galian jauh dari pemukiman, saat musim kemarau bisa menimbulkan polusi udara dan akses jalan desa ketika dilalui kendaraan pengangkut bahan galian juga berpotensi rusak, karena tidak sesuai kelas jalannya.
"Harusnya infrastruktur jalan juga ada perhatian, sehingga warga ikut menikmati dampak positifnya atas keberadaan aktivitas penambangan tersebut," ungkap Suhardi.
Baca juga:
BMKG Prediksi Sebagian Wilayah Indonesia Diguyur Hujan Lebat
Selama ini, kata dia, hasil galian memang dibawa ke luar daerah, sehingga aksesnya langsung menuju jalan kabupaten. Namun, ketika yang memesan warga sekitar tentu akan melalui jalan desa.
Ia juga khawatir soal ketersediaan air bersih, karena pegunungan kapur menyerap air, sehingga ketika pegunungan itu habis bisa mempengaruhi ketersediaan sumber-sumber air yang selama ini tersedia di alam untuk keperluan sehari-hari warga desa setempat.
Pada akhir 2020, di desa setempat juga pernah terjadi longsor di lokasi galian C yang menimbulkan korban jiwa.
Selain mengakibatkan korban jiwa, peristiwa tersebut juga mengakibatkan empat unit truk pengangkut material galian rusak dan dua unit ekskavator juga rusak tertimpa material longsor.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)
