Bandarlampung: Kasus kapal warga negara asing (WNA) asal Australia yang terdampar di perairan Tulang Bawang, Lampung, tengah didalami Polda Lampung dan Basarnas Lampung. Diduga kapal tersebut mengalami pembajakan.
"Kami bersama Tim Basarnas Lampung masih menyelidiki kasus tersebut," kata Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad, di Bandarlampung, Kamis, 28 Mei 2020, melansir Antara.
Pandra menjelaskan, kapal layar berbendera Australia itu melakukan lego jangkar di perairan Kuala Teladas. Kapal bernama Hoopla juga ditumpangi satu kru atas nama Kadeus Nobisqi, 70.
Dia menerangkan kapal tersebut berlayar dari Australia menuju Jakarta, setelah sebelumnya singgah di Batam. Namun pada 22 Mei 2020 sekitar pukul 24.00 WIB, kapal mengalami pembajakan di perairan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan.
Pandra menerangkan jumlah pelaku diperkirakan 20 orang. Sebanyak empat pelaku diyakni menggunakan senjata api.
"Setelah kejadian, korban menekan tombol alat keselamatan pelayaran Emergency Position Indicating Reported Beacon (EPIRB)," terangnya.
Kemudian, sinyal darurat diterima oleh International Maritime Organization (IMO) dan diteruskan ke Kedubes Australia di Jakarta. Dia mengungkap akibat pembajakan itu korban mengalami sejumlah kerugian material.
"Uang 700 dolar Australia, GPS dan alat navigasi, ponsel, BBM, dokumen kapal dan paspor, makanan, alat masak, kemudi kapal, dinamo starter, dan accu," tukasnya.
Bandarlampung: Kasus kapal warga negara asing (WNA) asal Australia yang terdampar di perairan Tulang Bawang, Lampung, tengah didalami Polda Lampung dan Basarnas Lampung. Diduga kapal tersebut mengalami pembajakan.
"Kami bersama Tim Basarnas Lampung masih menyelidiki kasus tersebut," kata Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Zahwani Pandra Arsyad, di Bandarlampung, Kamis, 28 Mei 2020, melansir
Antara.
Pandra menjelaskan, kapal layar berbendera Australia itu melakukan lego jangkar di perairan Kuala Teladas. Kapal bernama Hoopla juga ditumpangi satu kru atas nama Kadeus Nobisqi, 70.
Dia menerangkan kapal tersebut berlayar dari Australia menuju Jakarta, setelah sebelumnya singgah di Batam. Namun pada 22 Mei 2020 sekitar pukul 24.00 WIB, kapal mengalami pembajakan di perairan Ogan Komering Ilir (OKI), Sumatra Selatan.
Pandra menerangkan jumlah pelaku diperkirakan 20 orang. Sebanyak empat pelaku diyakni menggunakan senjata api.
"Setelah kejadian, korban menekan tombol alat keselamatan pelayaran Emergency Position Indicating Reported Beacon (EPIRB)," terangnya.
Kemudian, sinyal darurat diterima oleh International Maritime Organization (IMO) dan diteruskan ke Kedubes Australia di Jakarta. Dia mengungkap akibat pembajakan itu korban mengalami sejumlah kerugian material.
"Uang 700 dolar Australia, GPS dan alat navigasi, ponsel, BBM, dokumen kapal dan paspor, makanan, alat masak, kemudi kapal, dinamo starter, dan accu," tukasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(LDS)
