medcom.id, Semarang: Sejumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, mengeluhkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terutama solar. Akibat kenaikan harga BBM, beberapa nelayan berniat menjual perahu.
Mereka beralasan, kenaikan harga BBM memberatkan modal untuk melaut. Alokasi dana untuk modal tidak seimbang dengan pendapatan. Apalagi bagi nelayan yang mencari ikan dengan perahu kecil.
Sutejo, 47, memprediksi bakal merugi jika memaksa melaut. Pasalnya, nelayan di Tambaklorok itu hanya memeroleh ikan rata-rata 10 kilogram per hari dengan perahu kecilnya. Modalnya cukup besar, bisa menghabiskan 5-10 liter solar per hari.
Dengan harga solar Rp7.500 saat ini, dia menghitung cuma bisa untung Rp20 ribu. Padahal, kata dia, sebelumnya bisa meraup untung bersih Rp50 ribu dari penjualan ikan.
Karenanya, Sutejo harus rela melepaskan perahu kecilnya dan beralih ke pekerjaan lain. Hal serupa diakui Haryono, 39, nelayan di Tambaklorok. "Kalau kondisi seperti ini, kami pilih jual kapal saja dan berganti profesi. Kondisi semakin sulit, belum jika menghadapi cuaca buruk," kata dia.
Kenaikan harga solar pun diprediksi bakal menggerus keuntungan pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBN). Pengelola SPBN Tambaklorok, Muhammad Rozikin, mengatakan, kenaikan harga untuk beberapa saat melorotkan tingkat penjualan BBM.
Sebelum harga naik, SPBN itu dapat menjual solar hingga dua ton per hari. Hari ini atau sehari pascapengumuman kenaikan harga, penjualan BBM hanya menyerap satu ton.
Rozikin menduga nelayan belum terbiasa dengan harga baru. "Biasanya ini akan berlangsung hingga beberapa pekan ke depan," kata dia.
medcom.id, Semarang: Sejumlah nelayan di Pelabuhan Perikanan Tambaklorok, Kota Semarang, Jawa Tengah, mengeluhkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) terutama solar. Akibat kenaikan harga BBM, beberapa nelayan berniat menjual perahu.
Mereka beralasan, kenaikan harga BBM memberatkan modal untuk melaut. Alokasi dana untuk modal tidak seimbang dengan pendapatan. Apalagi bagi nelayan yang mencari ikan dengan perahu kecil.
Sutejo, 47, memprediksi bakal merugi jika memaksa melaut. Pasalnya, nelayan di Tambaklorok itu hanya memeroleh ikan rata-rata 10 kilogram per hari dengan perahu kecilnya. Modalnya cukup besar, bisa menghabiskan 5-10 liter solar per hari.
Dengan harga solar Rp7.500 saat ini, dia menghitung cuma bisa untung Rp20 ribu. Padahal, kata dia, sebelumnya bisa meraup untung bersih Rp50 ribu dari penjualan ikan.
Karenanya, Sutejo harus rela melepaskan perahu kecilnya dan beralih ke pekerjaan lain. Hal serupa diakui Haryono, 39, nelayan di Tambaklorok. "Kalau kondisi seperti ini, kami pilih jual kapal saja dan berganti profesi. Kondisi semakin sulit, belum jika menghadapi cuaca buruk," kata dia.
Kenaikan harga solar pun diprediksi bakal menggerus keuntungan pengusaha Stasiun Pengisian Bahan Bakar untuk Nelayan (SPBN). Pengelola SPBN Tambaklorok, Muhammad Rozikin, mengatakan, kenaikan harga untuk beberapa saat melorotkan tingkat penjualan BBM.
Sebelum harga naik, SPBN itu dapat menjual solar hingga dua ton per hari. Hari ini atau sehari pascapengumuman kenaikan harga, penjualan BBM hanya menyerap satu ton.
Rozikin menduga nelayan belum terbiasa dengan harga baru. "Biasanya ini akan berlangsung hingga beberapa pekan ke depan," kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id(JCO)
