Jepara: Tiap datang Ramadan, penjual makanan musiman banyak ditemukan di sejumlah titik di kawasan Jepara Kota, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pada umumnya mereka menjual takjil makanan atau minuman untuk berbuka puasa.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, Mundrikatun, mengimbau masyarakat hati-hati memilih takjil. Sebab, bukan tidak mungkin pada makanan atau minuman takjil terkandung zat-zat berbahaya bagi tubuh.
“Takjil yang dijual, entah di pinggiran jalan atau mana saja, harus higienis. Proses pengolahan juga harus di tempat yang higienis,” ujar Mudrikatun, Jumat, 16 April 2021.
Kepada pedagang takjil, Mundrikatun, meminta agar memperhatikan makanan atau minuman yang dijual. Mulai dari pengolahan bahan baku sampai penyajian makanan.
"Takjil harus disajikan tertutup dengan kemasan baik. Sehingga tidak ada debu atau lalat yang hinggap. Sebab, bakteri-bakteri bisa menular melalui debu dan lalat," kata dia.
Baca juga: Kebutuhan Telur dan Daging Ayam di Jepara Masih Bergantung dari Luar
Selain soal kemasan, Mudrikatun juga menyoroti bahan pewarna pada takjil. Dia menilai, tidak sedikit pedagang nakal yang menggunakan pewarna tekstil untuk mewarnai makanan. Padahal, itu bisa menyebabkan beragam penyakit.
“Kalau memilih takjil, jangan yang warnanya terlalu mencolok. Sebab, itu salah satu ciri pewarna tekstil dan kami akan terus memantau mereka (penjual takjil),” terang Mudrikatun.
Salah satu pedagang takjil, Nur Asiyah, mengaku tidak berani menggunakan pewarna tekstil saat mengolah makanan. Dia lebih memilih memakai pewarna yang benar-benar khusus untuk makanan.
“Meskipun kadang boros kalau pakai pewarna makanan, tapi tak masalah. Yang penting aman. Pelanggan juga percaya dengan kualitas makanan saya," kata Nur.
Jepara: Tiap datang
Ramadan, penjual makanan musiman banyak ditemukan di sejumlah titik di kawasan Jepara Kota, Kabupaten Jepara, Jawa Tengah. Pada umumnya mereka menjual takjil makanan atau minuman untuk berbuka puasa.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Jepara, Mundrikatun, mengimbau masyarakat hati-hati memilih takjil. Sebab, bukan tidak mungkin pada makanan atau minuman takjil terkandung zat-zat berbahaya bagi tubuh.
“Takjil yang dijual, entah di pinggiran jalan atau mana saja, harus higienis. Proses pengolahan juga harus di tempat yang higienis,” ujar Mudrikatun, Jumat, 16 April 2021.
Kepada pedagang takjil, Mundrikatun, meminta agar memperhatikan makanan atau minuman yang dijual. Mulai dari pengolahan bahan baku sampai penyajian makanan.
"Takjil harus disajikan tertutup dengan kemasan baik. Sehingga tidak ada debu atau lalat yang hinggap. Sebab, bakteri-bakteri bisa menular melalui debu dan lalat," kata dia.
Baca juga:
Kebutuhan Telur dan Daging Ayam di Jepara Masih Bergantung dari Luar
Selain soal kemasan, Mudrikatun juga menyoroti bahan pewarna pada takjil. Dia menilai, tidak sedikit pedagang nakal yang menggunakan pewarna tekstil untuk mewarnai makanan. Padahal, itu bisa menyebabkan beragam penyakit.
“Kalau memilih takjil, jangan yang warnanya terlalu mencolok. Sebab, itu salah satu ciri pewarna tekstil dan kami akan terus memantau mereka (penjual takjil),” terang Mudrikatun.
Salah satu pedagang takjil, Nur Asiyah, mengaku tidak berani menggunakan pewarna tekstil saat mengolah makanan. Dia lebih memilih memakai pewarna yang benar-benar khusus untuk makanan.
“Meskipun kadang boros kalau pakai pewarna makanan, tapi tak masalah. Yang penting aman. Pelanggan juga percaya dengan kualitas makanan saya," kata Nur.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(MEL)
