"Jumlah korban sejauh ini mencapai 100 orang, setelah satu jenazah tambahan ditemukan di laut," kata kantor berita resmi Suriah SANA, dikutip AFP, Selasa, 27 September 2022.
"Semua korban selamat telah dipulangkan dari rumah sakit," lanjut mereka.
Insiden kapal tenggelam ini merupakan yang paling mematikan dari titik keberangkatan Lebanon di perairan Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Krisis ekonomi berkepanjangan telah mengubah Lebanon menjadi landasan bagi para imigran. Banyak warganya bergabung dengan pengungsi Suriah dan Palestina untuk melarikan diri dari kemiskinan, biasanya melalui pelayaran berbahaya menuju benua Eropa.
"Para korban yang berlayar dari kota Tripoli utara, Lebanon, sebagian besarnya adalah warga Lebanon, Suriah dan Palestina. Sebagian dari mereka adalah anak-anak dan orang tua," kata PBB.
Menampung satu juta lebih pengungsi dari perang saudara Suriah, Lebanon telah terperosok ke dalam krisis keuangan dan ekonomi mendalam. Bank Dunia menyebut krisis di Lebanon sebagai salah satu yang terburuk di zaman modern.
Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi, Filippo Grandi, menggambarkan insiden kapal karam di perairan Suriah itu sebagai "tragedi yang menyayat hati."
Sejak 2020, Lebanon mengalami lonjakan jumlah imigran yang mencoba penyeberangan berbahaya dengan kapal penuh sesak untuk mencapai Eropa.
Badan anak-anak PBB, UNICEF, mengatakan bahwa 10 anak menjadi korban tewas dalam insiden kapal tenggelam di perairan Suriah. UNICEF menambahkan, tahun-tahun ketidakstabilan politik dan krisis ekonomi di Lebanon menyebabkan banyak anak dan keluarga jatuh ke jurang kemiskinan.
Baca juga: Korban Tewas Kapal Imigran Tenggelam di Perairan Suriah Jadi 94 Orang
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
