Menjadi presiden interim, Doumbouya dilarang untuk menggugat hasil pemilihan umum presiden mendatang di Guinea, yang dirancang khusus untuk memulihkan kekuasaan sipil di negara tersebut. Namun sejauh ini, militer Guinea belum menetapkan tanggal pasti pemilu.
Kudeta militer Guinea pada 5 September lalu mendapat kecaman luas, baik di level regional maupun internasional. Organisasi ECOWAS telah menjatuhkan sanksi terhadap jajaran petinggi Guinea, dan menyerukan agar orde konstitusi dipulihkan dalam kurun waktu enam bulan.
Berbicara di istana Mohammed V di Conakry, Doumbouya menegaskan dirinya bertugas "mendirikan kembali negara" dengan menulis konstitusi baru, memberantas korupsi, mengubah sistem elektoral, dan menerapkan pemilu yang "bebas, kredibel, dan transparan."
"Saya berjanji menghormati semua komitmen nasional dan internasional yang telah dibuat oleh Guinea," ungkapnya, dilansir dari laman BBC, Jumat, 1 Oktober 2021.
Ia menyebut semua orang yang masuk dalam pemerintahan interim, termasuk dirinya, tidak bisa ikut dalam pemilu mendatang di Guinea. Mereka juga dilarang untuk menggugat hasil pemilu.
Sementara itu Conde, petahana berusia 83 tahun, telah ditahan militer Guinea usai kudeta. Doumbouya mencoba meyakinkan beberapa media Prancis bahwa Conde berada di sebuah "tempat yang aman."
Namun hingga saat ini, keberadaan pasti Conde belum diketahui.
Baca: Alasan Kolonel Mamady Doumbouya Lakukan Kudeta di Guinea
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
