Deretan minuman beralkohol. Foto: AFP
Deretan minuman beralkohol. Foto: AFP

Arab Saudi Segera Buka Toko Alkohol Pertama, Pelanggannya Hanya Diplomat

Fajar Nugraha • 25 Januari 2024 07:02
Riyadh: Arab Saudi terus membuka diri mereka untuk perubahan. Langkah terbaru adalah rencana membuka toko minuman keras pertama di negaranya.
 
Langkah ini menandai penghentian larangan ketat alkohol selama beberapa dekade di kerajaan tersebut.
 
“Sebuah sumber memberitahu bahwa toko tersebut akan dibuka di kawasan diplomatik ibu kota Riyadh, dan akan “dibatasi secara ketat” untuk non-Muslim. Toko tersebut diperkirakan akan dibuka dalam beberapa minggu mendatang,” menurut laporan Middle East Eye, Kamis 25 Januari 2024.

Sejak secara resmi dilarang pada tahun 1952, kerajaan tersebut telah melarang keras minuman beralkohol di negara tersebut, bahkan tanpa pengecualian terbatas yang dibuat oleh beberapa negara tetangga Teluk seperti Uni Emirat Arab (UEA) dan Qatar.
 
Meskipun konsumsi alkohol secara diam-diam selalu ada di negara ini (pejabat asing sering memperolehnya melalui kantong diplomatik), toko baru ini menandai penjualan legal pertama minuman beralkohol. Ini mungkin sebuah langkah yang akan membuat marah banyak Muslim konservatif yang memandang konsumsi alkohol dilarang oleh ajaran Islam.
 
Ketentuan baru tersebut dilakukan setelah peraturan yang diumumkan pada akhir pekan oleh media lokal bertujuan untuk membatasi “pertukaran alkohol yang tidak pantas” antar kediaman diplomatik.
 
Sebuah pernyataan pemerintah Saudi pada Rabu mengatakan, pihak berwenang memperkenalkan “kerangka peraturan baru untuk melawan perdagangan gelap barang dan produk beralkohol yang diterima oleh misi diplomatik”.
 
“Proses baru ini akan fokus pada pengalokasian barang-barang beralkohol dalam jumlah tertentu ketika memasuki Kerajaan untuk mengakhiri proses tidak diatur sebelumnya yang menyebabkan pertukaran barang-barang tersebut tidak terkendali di Kerajaan,” sebut pernyataan pemerintah Arab Saudi.

Larangan beberapa dekade

Putra Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman sangat ingin mendorong sejumlah reformasi sosial di kerajaan itu sebagai bagian dari Visi Saudi 2030 yang banyak digembar-gemborkan.
 
Dia membatalkan larangan mengemudi bagi perempuan pada tahun 2018 dan mengizinkan konser publik dan perluasan bioskop, bahkan ketika dia memberlakukan tindakan keras yang meluas terhadap kritikus liberal dan konservatif di kerajaan tersebut dan membungkam perbedaan pendapat.
 
Namun, terlepas dari rumor yang beredar, terdapat banyak penolakan dari masyarakat terhadap usulan untuk membatalkan larangan alkohol selama 72 tahun.
 
Larangan tahun 1952 terjadi sebagai tanggapan atas insiden yang melibatkan Pangeran Mishari bin Abdulaziz Al Saud dan diplomat Inggris, Cyril Ousman.
 
Di sebuah pesta yang diselenggarakan oleh diplomat tersebut, yang saat itu menjabat sebagai wakil konsul Inggris di Jeddah, pangeran berusia 19 tahun itu menembak mati Ousman setelah dia menolak untuk memberinya lebih banyak alkohol.
 
Menyusul pembunuhan tersebut -,yang membuat Pangeran Mishari dijatuhi hukuman penjara seumur hidup,- Raja Abdulaziz Ibn Saud, pendiri negara Saudi modern, melarang semua minuman beralkohol di negara tersebut.
 
Orang yang dihukum karena mengonsumsi alkohol di Arab Saudi sebelumnya dapat dikenakan denda, hukuman penjara, cambuk di depan umum, dan deportasi bagi orang asing.
 
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
(FJR)




TERKAIT

BERITA LAINNYA

FOLLOW US

Ikuti media sosial medcom.id dan dapatkan berbagai keuntungan