Rafiki, pemimpin dari 17 gorila punggung perak yang terancam punah di taman nasional Bwindi Impenetrable National Park di Uganda, ditemukan mati dalam kondisi pendarahan internal akut.
Otoritas setempat meyakini Rafiki mati usai badannya beberapa kali ditusuk benda tajam yang diyakini sebagai tombak.
Dikutip dari Stuff.co.nz, Sabtu 13 Juni 2020, empat orang telah ditangkap atas pembunuhan Rafiki. Jika terbukti bersalah, keempatnya dapat dijatuhi vonis penjara seumur hidup atau denda bernilai fantastis.
Keempat pria itu akan dijerat pasal di bawah aturan terbaru perlindungan satwa yang telah diloloskan Uganda tahun lalu. Rafiki -- atau berarti "Teman" dalam Bahasa Indonesia -- dinyatakan hilang pada 1 Juni lalu.
Tubuh Rafiki ditemukan keesokan harinya usai sebuah tim pencari dikerahkan ke taman nasional. Petugas kemudian melacak keberadaan pelaku ke sebuah desa terdekat.
Di sana, seorang pria ditemukan dengan barang bukti berupa tombok, jaring, dan lonceng berburu. Ia dan ketiganya temannya mengaku telah membunuh Rafiki, namun dengan alasan membela diri.
Pria pemilik tombak mengklaim Rafiki mencoba menyerang dirinya dan ketiga pemburu di kawasan taman nasional.
Otoritas Alam Liar Uganda (UWA) menyebut kematian Rafiki sebagai "pukulan yang sangat telak." Gorila gunung merupakan salah satu atraksi utama dalam sektor pariwisata di Uganda.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
