“Kami sedang bekerja untuk mengatasi masa lalu, untuk menutup halaman konflik di negara ini, untuk membuka halaman baru dan melihat ke masa depan dengan cara yang lebih sehat dan untuk memulai rekonsiliasi nasional,” kata ketua parlemen berusia 77 tahun tersebut kepada saluran televisi Al Hadath yang berbasis di Dubai.
Dilansir dari Anadolu Agency, Kamis, 18 November 2021, Saleh mengklaim, ia bersedia untuk “menyatukan lembaga-lembaga di negara ini, mendukung keamanan dan menciptakan mekanisme akuntabilitas dan kontrol,” ujarnya.
“Rekonsiliasi nasional adalah landasan bagi stabilitas negara kita,” imbuh Saleh.
Pada Selasa, panglima perang Libya, Khalifa Haftar mengumumkan pencalonannya sebagai presiden. Hingga saat ini, Haftar telah menjadi penghalang bagi proses demokrasi negara tersebut.
Pemilihan presiden dan parlemen Libya diketahui akan berlangsung pada 24 Desember, di bawah perjanjian yang disponsori Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang dicapai oleh saingan politik Libya selama pertemuan di Tunisia pada 15 November 2020.
Pada 8 November, komisi pemilihan negara kaya minyak ini disebut membuka pendaftaran untuk kandidat dalam pemilihan. Meskipun ketegangan yang tengah berlangsung antara parlemen, Dewan Tinggi Negara, dan pemerintah persatuan mengenai kekuatan dan undang-undang pemilihan.
Rakyat Libya pun berharap, pemilu mendatang akan berkontribusi guna mengakhiri konflik bersenjata yang telah melanda negara di Afrika Utara tersebut selama bertahun-tahun. (Nadia Ayu Soraya)
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
