"Sudah saatnya Majelis Umum PBB berpikir untuk membuat suatu mekanisme atau pengaturan yang memungkinkan kekerasan di Gaza ini berhenti, tidak sementara tetapi sekalian menyelesaikan masalahnya," kata Direktur Jenderal Kerja Sama Multilateral Kementerian Luar Negeri, Febrian Ruddyard, Kamis, 20 Mei 2021.
Menurutnya, bentrokan di Jalur Gaza sudah sering terjadi. Hal tersebut akan terus berulang jika tidak ada pengaturan yang bisa membuat kekerasan berhenti permanen.
"Yang jelas harus ada gencatan senjata atau berhentinya kekerasan. Karena kita sangat concern dengan keselamatan manusia," imbuh dia.
Febrian menambahkan, jumlah korban jiwa yang besar akibat eskalasi di Gaza harusnya membuat Majelis Umum PBB memikirkan penghentian masalah secara permanen.
Baca juga: Kemenlu Jelaskan Alasan Indonesia Tolak Prosedural Perlindungan dari Genosida PBB
Menteri Luar Negeri Retno Marsudi yang akan menyampaikan desakan ini dalam General Assembly Joint Debate mengenai situasi di Timur Tengah dan Palestina. Pertemuan tersebut akan dilakukan pada Kamis, 20 Mei 2021 pukul 10.00 waktu New York, Amerika Serikat, atau pukul 21.00 WIB.
Sejak pertempuran di Gaza dimulai pada 10 Mei, pejabat kesehatan Palestina mengatakan 228 orang tewas dalam serangan udara Israel. Serangan tersebut memperburuk situasi kemanusiaan Gaza yang sudah mengerikan.
Sementara itu, otoritas Israel menyebutkan ada 12 orang tewas dari sisi mereka. Roket yang ditembakkan Hamas menyebabkan kepanikan dan membuat warga harus dievakuasi ke tempat penampungan.
Kecaman internasional akibat kekerasan dan desakan untuk deeskalasi terus berdatangan. Protes membela Palestina juga terjadi di berbagai belahan dunia yang meminta keadilan bagi orang-orang di Jalur Gaza.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
