Sekitar 30 ribu delegasi akan menghadiri Conference of the Parties ke-26, atau disingkat COP26. Acara akan digelar di Scottish Events Campus (SEC) di Glasgow pada akhir tahun depan.
Ini merupakan kelanjutan dari KTT Perubahan Iklim sebelumnya yang merupakan respons komunitas internasional terhadap pemanasan global dan hal terkait lainnya.
Britania Raya akan menjadi tuan rumah utama COP26, sementara Italia akan menjadi tempat penyelenggaraan beberapa acara tambahan lainnya.
"Tahun depan, para pemimpin dunia akan mendiskusikan bagaimana cara mengatasi perubahan iklim dalam skala global," ujar Claire Perry, tokoh yang diusung menjadi presiden COP26.
"Glasgow adalah lokasi yang tepat. Glasgow adalah salah satu kota paling ramah lingkungan di Britania Raya, dan memiliki rekam jejak luar biasa dalam menggelar sejumlah acara internasional," lanjutnya, dikutip dari BBC, Rabu 11 September 2019.
Perry mengatakan, Skotlandia adalah salah satu negara pertama di dunia yang mengakui perubahan iklim sebagai isu darurat global. Menurutnya, pemerintah Skotlandia telah menetapkan sejumlah target untuk memastikan segala kebijakan yang dibuat sejalan dengan upaya menangani perubahan iklim.
"Kami ingin bekerja sama dengan para mitra demi menyuguhkan konferensi ambisius dan efektif, yang dapat memastikan Skotlandia memainkan peranan penting dalam mendorong upaya mengatasi perubahan iklim," tegas Perry.
Menteri Luar Negeri Inggris Dominic Raab mengatakan, pengumuman tuan rumah COP26 adalah "bentuk kepercayaan" mitra-mitra internasional terhadap Britania Raya. "Kami menjadi yang terdepan dalam upaya mengatasi perubahan iklim," ungkapnya.
Pemerintahan Britania Raya mengklaim telah memangkas emisi gas rumah kaca hingga 16 juta ton dalam delapan tahun terakhir. "Kepemimpinan luar biasa telah ditunjukkan Britania Raya dalam isu vital seperti ini," sebut Menteri Negara untuk Urusan Skotlandia, Alister Jack.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
