Tiga orang pelaku serangan itu, -Amedy Coulibaly, Cherif Kouachi dan Said Kouachi,- terbunuh di dua lokasi baku tembak berbeda pada Jumat (9/1/2015). Jaksa Paris yang bertanggungjawab atas pengurusan jenazah itu, belum mengeluarkan permintaan khusus untuk pemakaman ketiganya.
Sementara keluarga dari korban, sebelumnya sudah memberitahu bahwa mereka ingin mengurus pemakaman.
Isu ini menimbulkan kesulitan tersendiri bagi Pemerintah Prancis. Mereka sudah menawarkan pemakaman khusus untuk warga Muslim, bahkan untuk pelaku teror.
Berdasarkan hukum di Prancis, penangangan dari jasad tidak harus mengikuti surat wasiat. Bila keluarga yang anggota keluarganya meninggal, bisa meminta permintaan resmi menguburkan keluarga mereka kepada wali kota di wilayah mereka tinggal.
Pada akhirnya, hal ini bisa menimbulkan ketegangan usai serangan yang mengejutkan Negeri Mode itu. Beberapa wali kota di Prancis dengan tegas menolak untuk menerima jasad teroris dikuburkan di kota mereka. Wali kota-wali kota itu tidak ingin tempatnya dijadikan lokasi ziarah yang bisa memicu tumbuhnya ekstremis.
"Jika saya diminta untuk mengubur Said Kouachi, sudah pasti akan saya tolak," ujar Wali Kota Reims Arnaud Robinet, seperti dikutip NDTV, Jumat (16/1/2015).
"Saya tidak ini tempat pemakaman menjadi lokasi doa atau kontemplasi bagi kalangan fanatik," tuturnya.
Robinet mengaku hingga kini belum menerima permintaan resmi dari pemerintah pusat untuk menguburkan Said Kouachi di Reims. Dua tahun terakhir, Said tinggal bersama istri dan anaknya yang berusia dua tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
