Secara spesifik, Fransiskus mengkhawatirkan nasib anak-anak Yaman yang terkena dampak terparah dari konflik di negaranya.
"Mari kita pikirkan anak-anak di Yaman, yang hidup tanpa pendidikan, tanpa obat-obatan. Saat ini kehidupan dipimpin oleh perang, oleh begitu banyak hal yang bersifat destruktif," tutur Fransiskus, dilansir dari laman Middle East Eye pada Jumat, 1 Januari 2021.
"Kita semua menginginkan perdamaian," lanjutnya.
Fransiskus menambahkan, respons global terhadap pandemi virus korona (covid-19) telah memperlihatkan pentingnya saling berbagi beban di kalangan komunitas internasional. Menurutnya, pandemi telah "mengajarkan kita semua mengenai pentingnya saling membantu."
Yaman telah dilanda kekacauan usai pemberontak Houthi merebut ibu kota Yaman, Sanaa, beberapa tahun lalu. Presiden Yaman Abedrabbo Mansour Hadi pun terusir dari negaranya dan mengungsi ke Arab Saudi.
Koalisi militer pimpinan Arab Saudi dan Uni Emirat Arab mengintervensi konflik Yaman pada 2015 dalam bentuk dukungan terhadap Hadi. Sejak saat itu, koalisi Saudi telah meluncurkan hampir 20 ribu serangan udara.
Menurut data Armed Conflict Location and Event Data Project (ACLED), lebih dari 100 ribu orang di Yaman mungkin telah meningkat dalam konflik berkepanjangan.
Rabu kemarin, setidaknya 22 orang tewas dalam serangan di bandara Aden. Serangan tersebut memicu gelombang serangan udara baru oleh koalisi Saudi terhadao Houthi di Sanaa.
Baca: Korban Tewas Ledakan di Bandara Yaman Bertambah Menjadi 27 Orang
Sebelumnya pada pekan ini, sebuah laporan dari Dana Anak-Anak PBB (UNICEF) mengatakan bahwa setidaknya 12,4 juta anak-anak Yaman membutuhkan bantuan kemanusiaan, dengan sekitar 358 ribu di antaranya mengalami malnutrisi akut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
