Di salah satu rumah duka, teman dan keluarga menghadiri penghormatan terakhir bagi Amerie Jo Garza. Anak perempuan berusia 10 tahun itu kehilangan nyawanya di tangan pelaku penembakan massal, yaitu pemuda berusia 18 tahun bernama Salvador Ramos.
Salah seorang pelayat, Esther Rubio, mendeskripsikan prosesi pemakaman sebagai sesuatu yang sangat muram. "Saya tidak tahu harus berkata apa lagi, karena tidak ada kata-kata untuk menggambarkannya," katanya.
Beberapa jam kemudian, penghormatan untuk Maite Rodriguez, korban tewas lainnya, juga dimulai.
"Ini adalah masa traumatis bagi orang-orang di kota ini. Dan itu tidak akan menjadi lebih mudah bagi mereka," kata jurnalis TRT World, Jon Brain.
"Mereka sekarang harus menghadapi 21 pemakaman, satu demi satu. Semua pemakaman diperkirakan selesai pada pertengahan Juni," sambung dia.
Akhir pekan kemarin, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengunjungi keluarga korban. Sejak awal penembakan hingga kunjungan ke Uvalde, ia terus menyerukan dilakukannya reformasi senjata api.
"Saya akan terus mengupayakannya. Saya pikir keadaan telah menjadi sangat buruk sehingga semua orang mungkin menjadi lebih rasional mengenai hal ini," sambung dia.
Pemakaman pertama korban penembakan massal di Uvalde dijadwalkan berlangsung Selasa ini hingga pertengahan Juni. Banyaknya jumlah korban menjadi luka bagi warga Uvalde.
Di saat penembakan massal Uvalde menarik perhatian nasional dan mendorong perubahan aturan, peristiwa kekerasan yang melibatkan senjata api terus terjadi di Negeri Paman Sam.
Menurut situs Arsip Kekerasan Senjata AS, setidaknya 132 kematian dan 329 luka-luka akibat senjata api tercatat secara nasional dalam periode Sabtu hingga Senin malam kemarin.
Baca: Biden akan Hancurkan Gedung SD Tempat Terjadinya Penembakan Massal
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
