Baca: PBB: Pengungsi Eritrea Banyak Dibunuh di Tigray.
"Pelanggaran HAM skala besar yang terjadi di Tigray, termasuk kekerasan seksual yang meluas, tidak dapat diterima dan harus diakhiri," kata Biden, dilansir dari Anadolu, Kamis, 27 Mei 2021.
"Pihak yang berperang di wilayah Tigray harus mendeklarasikan dan mematuhi gencatan senjata, dan pasukan Eritra dan Amhara harus mundur," imbuhnya.
Menurut Biden, semua pihak khususnya Ethiopia dan Eritrea harus mengizinkan akses kemanusiaan segera tanpa hambatan ke wilayah itu. Hal ini guna mencegah kelaparan yang semakin meluas.
Biden mengatakan, AS berkomitmen membantu Ethiopia mengatasi tantangan ini, seperti membangun hubungan jangka panjang antara kedua negara dan bekerja dengan Uni Afrika, PBB, serta mitra internasional lainnya.
Wilayah Tigray menjadi sorotan internasional setelah 4 November tahun lalu, ketika Ethiopia melancarkan operasi penegakan hukum besar-besaran terhadap Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), yang telah lama menguasai otonomi Tigray.
Pada 3 November, pasukan TPLF menyerang Komando Utara pasukan pertahanan Ethiopia yang ditempatkan di Tigray, termasuk di ibu kota Mekele. Bentrokan ini menewaskan tentara dan menjarah sejumlah besar perangkat keras militer.
Pada 28 November, Perdana Menteri Abiy Ahmed mengakhiri operasi militer, tetapi pertempuran sporadis terus berlanjut di wilayah tersebut. Ratusan ribu orang mengungsi sementara puluhan ribu lainnya melarikan diri dari pertempuran ke negara tetangga Sudan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
