Lewat kesepakatan ini, Paxlovid diestimasi dapat membantu menangani sekitar 4 juta orang yang berisiko mengalami gejala parah Covid-19. Sebagian besar negara yang masuk dalam kesepakatan Pfizer ini adalah yang berpenghasilan menengah ke bawah di wilayah Afrika Sub-Sahara.
Dilansir dari RFI, Rabu, 17 November 2021, obat generik Covid-19 ini harus berada di bawah merek Paxlovid. Nantinya, Paxlovid akan digunakan berbarengan dengan ritonavir, obat HIV yang sudah tersedia secara umum.
Baca juga: Pfizer Ajukan Izin Penggunaan Darurat Obat Covid-19 Paxlovid di AS
Pfizer berulang kali mengklaim bahwa Paxlovid 89 persen efektif dalam menekan risiko rawat inap atau kematian di kalangan orang dewasa yang berisiko mengalami gejala parah Covid-19.
"Kami sangat senang memiliki 'senjata lain' di gudang senjata kami dalam melindungi orang-orang dari gejala parah Covid-19," ucap Direktur Eksekutif Medicines Patent Pool, Charles Gore.
Pfizer akan membebaskan royalti atas penjualan Paxlovid di negara-negara berpenghasilan rendah. Pemakaian obat itu juga akan dibebaskan di negara-negara lain yang masuk dalam perjanjian, dengan syarat Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih menetapkan status Covid-19 sebagai darurat kesehatan global.
Di tempat lain, badan amal Medis Medecins Sans Frontieres mengaku kecewa atas dengan kesepakatan Pfizer dan MPP, yang dinilai kaku dan mengecualikan negara-negara seperti Argentina dan Tiongkok. Padahal, kedua negara itu memiliki kapasitas mapan untuk memproduksi obat generik.
Diharapkan, versi generik Paxlovid dapat mulai diproduksi dalam beberapa bulan ke depan. Selasa kemarin, Pfizer telah mengajukan izin penggunaan darurat Paxlovid ke Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA).
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
