Gubernur St Petersburg Alexander Beglov mengatakan via Telegram bahwa ledakan tersebut juga melukai setidaknya 25 orang. Komite Investigasi Rusia telah membuka kasus kriminal untuk menyelidiki ledakan tersebut.
Menurut laporan kantor berita Tass, ledakan berasal dari sebuah bom rakitan (IED) seukuran sabun. Bom itu diketahui disembunyikan di dalam sebuah patung yang diberikan kepada Tatarsky, mengutip seorang penegak hukum yang tidak disebutkan namanya.
Mengutip dari laman Miami Herald, Minggu, 2 April 2023, kekuatan bom yang menewaskan Tatarsky setara lebih dari 200 gram TNT. Vladlen Tatarsky adalah nama samaran untuk Maxim Fomin, 40.
Ia telah dikenal luas sejak dimulainya invasi Rusia ke Ukraina lebih dari setahun lalu. Sikap pro-perangnya yang kuat mencakup seruan, seperti penghancuran total negara Ukraina.
Tatarsky pernah diundang ke upacara Kremlin pada September lalu, ketika Rusia mengumumkan aneksasi empat wilayah Ukraina.
"Kami akan mengalahkan semua orang, kami akan membunuh semua orang, kami akan merampok semua orang yang perlu dirampok," kata Tatarsky dalam video saat upacara tersebut. "Semuanya akan seperti yang kita suka," sambung dia.
Tahun lalu, Darya Dugina, 29, yang ayahnya adalah seorang nasionalis terkemuka Moskow yang menganjurkan ideologi "Dunia Rusia" untuk membenarkan ekspansi Kremlin, tewas dalam sebuah ledakan bom mobil.
Baca juga: Di Rusia, Blogger Wajib Lapor ke Pemerintah
Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow akun Google News Medcom.id
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
