"Kami tidak menentang kebebasan yang sah, tapi kami menentang penggunaan kebebasan itu untuk keuntungan materi, merusak nilainya. Kami juga menentang akibat dari penyebaran kebencian dan rasisme," katanya, dilansir dari Al Arabiya, Rabu, 28 Oktober 2020.
Pernyataan Al-Issa muncul di tengah kontroversi penggunaan kartun Nabi Muhammad di kelas sekolah Prancis mengenai kebebasan berekspresi. Guru sejarah itu kemudian dibunuh oleh muridnya yang dicap Macron sebagai 'Islamis' dan guru itu disebut korban serangan teroris Islam.
Macron juga membela penerbitan ulang kartun yang menggambarkan Nabi Muhammad.
"Kami tidak akan menyerah akan kartun," kata Macron dalam upacara penghormatan guru yang tewas itu.
"Dia dibunuh karena Islamis menginginkan masa depan kita. Mereka tidak akan pernah memilikinya," imbuh Macron.
Pernyataannya memicu protes dari berbagai kalangan. Banyak pemimpin di dunia Islam mengutuk tewasnya guru itu, namun mereka menekankan pentingnya menghormati para nabi.
Al-Issa mengutuk dengan sangat keras kartun tersebut dan mengatakan itu menyinggung Muslim. Namun, dia menekankan sosok Nabi Muhammad terlalu besar untuk diremehkan oleh kartun.
Ia mendorong umat Islam menghindari reaksi negatif yang berlebihan. Ia meminta mereka bertindak sesuai dengan ajaran agama Islam.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
