Konsul Jenderal untuk Cape Town, Khrisna Adi Putranto mengatakan, WNI dan staf KJRI juga merasakan dampak kekurangan air bersih di salah satu kota besar di Afrika ini.
"Sejauh ini, kami masih mengandalkan air ledeng dengan penggunaan yang sangat hemat. Untuk minum, kami membeli air kemasan," kata Khrisna kepada Medcom.id lewat pesan singkat, Kamis 25 Januari 2018.
"Tetapi namanya pembatasan, penggunaan air lainnya untuk cuci mobil, siram tanaman ya sudah tidak dilakukan," ucap dia.
Saat ini, persediaan air di Cape Town diprediksi akan habis pada 12 April mendatang atau disebut Hari Tanpa Air. Semula, perkiraan akan jatuh pada akhir April, namun ternyata dimajukan pemerintah.
"Kami semua sudah mengetahui ini dari pemerintah dan WNI selalu patuh dengan peraturan setempat," tutur dia.
Khrisna menjelaskan, pemerintah setempat juga membatasi penggunaan air dengan sangat hemat yakni 87 liter per orang per harinya.
"Penghematan air ini dilakukan dengan pemutusan giliran per wilayah dalam waktu tertentu dan pengurangan tekanan air," lanjut dia lagi.
Penghematan ini sudah berada di level 6, dengan perhitungan jika satu rumah tangga dengan empat anak membutuhkan 10.500 liter per hari.
Memasuki Februari nanti, penghematan air akan masuk ke level 6B, di mana satu rumah tangga hanya boleh mempunyai 6 ribu liter.
Jumlah tersebut dengan perhitungan 18 liter untuk cuci baju, 15 liter untuk mandi, 9 liter untuk toilet, 3 liter untuk kebersihan, 2 liter untuk masak, 2 liter untuk minum dan 1 liter untuk hewan peliharaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
