"Kami berharap situasi menjadi lebih baik. Kami berharap usaha komunitas internasional tidak sia-sia dan juga Azerbaijan kembali ke meja perundingan. Semoga keadaan membaik terutama bagi warga Nagorno-Karabakh," ungkap Dubes Aghadjanian, ketika ditemui di Kementerian Luar Negeri, Jalan Pejambon, Jakarta, Kamis (7/4/2016).
Dubes Anna juga menjelaskan sedikit tentang problematika yang terjadi antara Armenia dan Azerbaijan. Area populasi Armenia diberikan kepada Azerbaijan pada 1920 oleh Joseph Stalin. Ketika Uni Soviet pecah, Nagorno-Karabakh (NK) juga ingin merdeka tapi Azerbaijan bertindak keras dan mengobarkan perang.
"Itu diakhiri pada 1994 lewat gencatan senjata hingga saat ini. Ada mediasi internasional. Internasional juga mencoba mencarikan solusi," lanjutnya.
Ia mengatakan bahwa prinsip utama hukum internasional harus menjadi basis solusi konflik. Ia juga berharap agar negosiasi berlanjut. "Armenia selalu ingin diplomatik dan solusi damai," tegasnya.
Pertempuran dahsyat di wilayah Nagorno-Karabakh menewaskan sedikitnya 30 tentara Azerbaijan dan Armenia, Sabtu 2 April lalu, yang merupakan kelanjutan dari konflik berdarah kedua negara.
Presiden Armenia Serzh Sarkisian mengatakan, 18 prajuritnya tewas dan 35 lainnya terluka dalam "pertempuran berskala besar" pertama gencatan senjata pada 1994 berakhir dengan perang, di mana tentara Armenia merebut wilayah dari Azerbaijan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
