Pengumuman itu disuarakan pemimpin Al-Nusra, Abu Mohammed al-Julani. Dalam rekaman video yang beredar, dia juga mengutarakan perubahan nama Jabhat Al-Nusra menjadi Jabhat Fateh Al-Sham atau Front Penaklukan Suriah.
Seperti dilansir BBC, Jumat (29/7/2016), langkah itu diperlukan untuk mengubah dalih yang digunakan Amerika Serikat (AS) dan Rusia selama ini untuk mengebom warga muslim Suriah.
Meski demikian, Kementerian Luar Negeri AS bersikeras bahwa kelompok tersebut tetap merupakan organisasi teroris.
"Transformasi Jabhat Al-Nusra menjadi Jabhat Fateh Al-Sham hanya pengubahan nama belaka," kata Kemenlu AS dalam sebuah pernyataan.
Di lain pihak, Al Qaeda menyambut baik langkah Abu Mohammed al-Julani. Orang kedua Al Qaeda, Ahmed Hassan Abu al-Khayr, mengatakan Front Al-Nusra dipersilakan berpisah dari Al Qaeda demi melindungi kepentingan Islam.
Pemimpin tertinggi Al Qaeda, Ayman al-Zawahri, menambahkan, persaudaraan Islam lebih kuat dari ikatan organisasi yang berubah dan menghilang.
Front Al-Nusra pertama kali mengumumkan keberadaannya melalui sebuah rekaman video yang disebarkan di internet pada awal 2012, beberapa bulan setelah perang sipil di Suriah berkobar.
Pada April 2013, Front Al-Nusra menolak bergabung dengan kelompok militan Islamic State (ISIS) dan memilih bersekutu dengan Al Qaeda.
Perseteruan antara ISIS dan Front Al-Nusra sempat terjadi sehingga Al-Nusra terdesak ke Deir Ezzor, bagian timur Suriah. Para pengamat memperkirakan anggota Front Al-Nusra mencapai 5.000 hingga 10.000 personel yang sebagian besar terdiri dari warga Suriah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
