Seperti dikutip Russia Today, Kamis (10/11/2016), Shabaan mengatakan pihaknya berharap AS akan menjadi negara aktif dalam memerangi terorisme.
Ia menegaskan Suriah tidak tertarik pada hasil pilpres AS, dan hanya peduli terhadap kebijakan apa yang akan diterapkan presiden baru, dan apa dampaknya bagi Damaskus.
Shaaban menyebut jika berbagai kebijakan Trump sejalan dengan Damaskus, maka Suriah siap terlibat kerja sama apapun dengan Negeri Paman Sam. Suriah juga membuka tangan bagi negara lain yang menghormati kedaulatan serta tidak ikut campur dalam urusan dalam negeri.
Menurut Shaaban, keterlibatan AS dalam urusan internal beberapa negara kerap berujung "bencana." Ia menyarankan Washington menerapkan kebijakan luar negeri dengan fokus pada hubungan kerja sama.
Selama masa kampanye, Trump pernah berkata tidak akan berusaha menggulingkan pemerintahan Assad jika terpilih sebagai presiden. Namun hingga saat ini, Trump dan Assad belum memiliki saluran komunikasi untuk bertukar pikiran.
Trump mengalahkan Hillary Clinton dalam pilpres usai melewati ambang batas suara electoral college pada 8 November.
Kemenangan Trump memicu unjuk rasa di sejumlah wilayah, termasuk di depan Trump Tower di New York. Massa kesal dan merasa Trump bukan sosok tepat untuk memimpin AS.
Clinton telah mengakui kekalahan dan meminta warga AS memberikan kesempatan kepada Trump. Obama juga mengungkapkan hal serupa, dan meminta seluruh masyarakat mendukung penuh Trump.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
