Dengan total penduduk hanya 200 ribu, Samoa telah mendeklarasikan adanya wabah campak pada akhir Oktober lalu. Wabah dideklarasikan usai munculnya sejumlah kematian terkait penyakit tersebut.
Sejak deklarasi wabah, sedikitnya enam kematian terjadi di Samoa. Sebagian besar pasien campak di Samoa adalah balita di bawah usia dua tahun. Kementerian Kesehatan Samoa menyebut dari total 716 kasus dugaan campak, 40 persennya membutuhkan perawatan di rumah sakit.
"Vaksin (campak) bagi warga yang belum mendapatkan vaksinasi kini bersifat wajib," ujar pernyataan resmi Pemerintah Samoa, dikutip dari Global News, Sabtu 16 November 2019.
"Karena tingkat imunisasi di Samoa begitu rendah, kami tengah mengantisipasi hal-hal yang tak diinginkan," kata Direktur Jenderal Kesehatan Samoa, Leausa Take Naseri.
Ia menambahkan bahwa anak-anak yang meninggal akibat campak di Samoa adalah mereka yang belum diimunisasi.
Sementara itu pada Jumat kemarin, Menteri Luar Negeri Selandia Baru Winston Peters berjanji akan mengirim 3.000 vaksin campak dan 12 perawat ke Samoa.
"Campak itu sangat menular, dan wabah telah menelan banyak korban di Samoa," tutur Peters. "Kita harus bekerja sama untuk menghentikan wabah ini," lanjut dia.
Jumlah kasus campak terus bertambah secara global, termasuk di beberapa negara maju seperti Amerika Serikat dan Jerman. Ini terjadi karena sejumlah orang tua di dua negara tersebut menolak mengimunisasi anaknya atas alasan filosofi atau keagamaan.
Banyak juga orang tua yang termakan hoaks bahwa vaksinasi apapun dapat membuat anak mereka menjadi autis.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
Viral! 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
