Seorang penasihat kantor pemerintahan Myanmar mengatakan, rencana ini sudah lama dipikirkan oleh Suu Kyi. Tak hanya bantuan berupa makanan dan obat-obatan, pemukiman dan bantuan ekonomi pun akan diberikan.
"Dia terkejut dengan apa yang telah dilihatnya. Dia sangat peduli dengan hal ini," kata penasihat tersebut, dikutip dari Guardian, Sabtu 14 Oktober 2017.
Ia menambahkan, Suu Kyi berpikir keras bagaimana mengembalikan Rakhine seperti semula. Namun, ia bertindak hati-hati agar tak memperkeruh suasana yang sudah panas ini.
"Mengenai pidato Suu Kyi, itu adalah sebuah upaya untuk menggulingkan segelintir umat Buddha yang bergabung dengan ekstremis," ucap dia.
Di samping itu, militer Myanmar juga kini sedang melakukan penyelidikan kepada anggotanya yang diduga melakukan kekerasan terhadap Rohingya.
Kendati demikian, militer Myanmar tetap menampik tuduhan bahwa operasi tersebut dilakukan untuk pembersihan etnis.
Panglima militer Myanmar, Jenderal Min Aung Hlaing sempat menyebut bahwa media telah melebih-lebihkan berita soal kekerasan yang terjadi di Rakhine. Pasalnya, jumlah orang yang lari dari Rakhine tak sebesar itu.
"Sangat melebih-lebihkan bila jumlah orang Benggala --sebutan Myanmar untuk Rohingya-- yang melarikan diri ke Bangladesh sangat besar," ujar dia.
Sebagai gantinya, ia menyalahkan propaganda media yang seakan membuat dunia internasional menyudutkan Pemerintah Myanmar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di
Google News
